Kompetensi Amil Zakat Tingkatkan Kepercayaan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Kompetensi Amil Zakat Tingkatkan Kepercayaan

Kepercayaan masyarakat terhadap amil zakat harus dijawab. Salag satu komponennya adalah dengan meningkatkan kompetensi amil.

Kepala Subdirektorat Pemberdayaan Lembaga Zakat Direktorat Pemberdayaan Zakat Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama Juraidi Malkan menjelaskan, salah satu hal yang membuat muzakki tenang adalah soal kepercayaan. Pertanyaan soal kepercayaan harus dijawab.

Ada muzakki yang berzakat langsung kepada mustahik, padahal itu kurang sesuai. Itu sebabnya Rasulullah mengangkat petugas zakat.

Karena ada kecenderungan muzakki untuk riya. Bagi mustahik, bisa jadi ada beban mental dimana mereka merasa berutang budi kepada muzakki.

Selain itu, amil juga harus punya pengelolaan zakat yang baik. Ini juga memunculkan kepercayaan. “Kalau punya kompetensi, amil bisa berdakwah kepada para muzakki untuk menuntaskan kewajiban mereka,” kata Juraidi mengawali Pelatihan Amil LAZ BUMN di Depok, Jawa Barat, Jumat (17/3).

Pun soal program. Akan lebih bagus bila program pemberdayaan zakat lebih banyak pada kegiatan produktif tidak sekadar konsumtif.

“Amil zakat disebutkan langsung dalam Alquran, langsung dari Allah SWT. Hanya zakat yang Allah SWT perintahkan langsung ada petugasnya,” kata Juraidi. Redaksinya pun ‘amilin (jamak) bukan ‘amil (tunggal) yang tentu punya makna sendiri. Karena itu amil perlu meningkatkan kompetensinya.

Dalam Alquran ada perintah mengambil zakat untuk membersihkan harta dan jiwa. Membersihkan jiwa jadi perhatian karena manusia punya kecenderungan kikir.

Amil harus mendoakan para muzakki. Sebab, saat manusia berbuat kebaikan, Allah SWT menganggap itu sebagai utang Allah SWT kepada si hamba dan mengembalikannya dengan berlipat ganda.

Zakat adalah bagian misi hidup manusia untuk beribadah kepada Allah SWT dan menjadi khalifah di bumi. Sebelum diturunkan ke bumi, Nabi Adam ditransitkan dulu di bumi. Allah SWT sudah mewanti-wanti agar Adam dan istrinya tidak terperangkap godaan setan. Sebab di surga, semua kebutuhan terpenuhi. Di dunia, harus bersusah payah.

Karena itu, misi nabi Adam di dunia adalah membentuk kehidupan sejahteran lahir batin. ”Faktanya, ada sebagian manusia yang mendapati kesulitan hidup. Islam sendiri memiliki perangkat bernama zakat sebagai salah satu jalan keluarnya,” ungkap Juraidi.