3 Daerah Distribusi Green Kurban Sinergi Foundation ini Kemas Daging dengan Kekhasan Budaya

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Green Kurban Sinergi Foundation

Forum Zakat – Pelaksanaan Green Kurban 2024 Sinergi Foundation telah sukses didistribusikan ke daerah-daerah pelosok rentan. Kerentanan itu terkategori pada fakir-miskin, rentan akidah, rentan bencana, dan lain-lain.

Namun yang menarik dari pelaksanaan tahun ini, yang luput dari sorotan yakni bagaimana kolaborasi syariat dan budaya setempat dalam pengemasan daging. Hal ini juga menunjukkan bagaimana konsistensi Sinergi Foundation dalam berdayakan masyarakat.

“Senang sekali melihat terlaksananya syariat Idul Adha, dalam hal ini penyembelihan hewan kurban yang pengemasannya itu memberdayakan budaya setempat,” ujar Penanggung Jawab Green Kurban, Sudisto di kantor Sinergi Foundation, (20/6/2024).

Sedari awal digagas pada 2013 silam, program Green Kurban memiliki orientasi pelestarian lingkungan. Setiap hewan yang muqorib titipkan kepada Sinergi Foundation turut ditanam pohon. Total 38 ribu pohon tertanam di Jawa Barat dan Banyuwangi.

Tak hanya gerakan penanaman pohon, dalam penyalurannya pun sebisa mungkin menghindari penggunaan kantung plastik. Termasuk di Green Kurban 2024 ini, dari sekian titik penyaluran, tiga daerah menjadi sampel di mana ikhtiar pelaksanaan syariat, pelestarian lingkungan, terjalin secara harmoni dengan budaya.

“Dari sini kita mengambil hikmah bahwasannya ketika pelaksanaan syariat bisa berkesesuaian dengan budaya, selama hal tersebut tak mengganggu nilai-nilai syariat itu sendiri. Apalagi ini ada nilai plus lain, yakni pelestarian lingkungan,” lanjut ia.

Ketiga titik itu di antaranya Kampung Banjar Dinas (Buleleng Bali), Kampung Sukasari (Lampung Timur), dan Desa Gogorea (Maluku) masing-masing memiliki kemasan khas budayanya. Biasanya kemasan tersebut digunakan untuk upacara-upacara adat atau untuk kebutuhan domestik sehari-hari.

Misalnya di Bali, pengemasan daging kurban menggunakan Takir Gedebong. Takir gedebong merupakan wadah tradisional yang terbuat dari daun pisang yang dilipat dan diikat sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah mangkuk atau wadah kecil. Dalam budaya Bali, takir gedebong sering digunakan sebagai tempat untuk menyajikan makanan atau sebagai bagian dari upacara adat dan persembahan.

Tempat kedua harmoni pelaksanaan Green Kurban dengan budaya setempat terlihat di Sukasari, Lampung Timur yang menggunakan Sarangan. 

Sarangan adalah sebuah wadah tradisional khas Lampung yang terbuat dari anyaman bambu. Wadah ini digunakan dalam berbagai upacara adat dan kegiatan sehari-hari oleh masyarakat Lampung. Sarangan memiliki nilai budaya dan estetika yang tinggi serta mencerminkan kearifan lokal masyarakat Lampung dalam memanfaatkan bahan-bahan alam yang ada di sekitar mereka.

Tempat ketiga yakni di Desa Gogorea, Maluku yang memanfaatkan Tumang dalam mengemas. Tumang adalah sebuah wadah tradisional khas Maluku yang terbuat dari anyaman daun sagu atau daun pandan. Wadah ini biasanya digunakan untuk menampung makanan, terutama sagu yang merupakan makanan pokok masyarakat Maluku.

Disto, sapaan akrabnya, Mengatakan 3 daerah tersebut jadi sampel di antara daerah-daerah lain yang tak kalah menariknya. Untuk ke depannya semoga setiap daerah bisa dimaksimalkan kearifan lokalnya.

“Mudah-mudahan tahun depan kearifan lokal ini bisa lebih tereksplorasi, ya.” tutup Disto.