Forum Zakat – Sekolah Amil Indonesia ajak Dompet Dhuafa buka-bukaan program Desa Kopi Sirukam yang diadakan secara daring pada Kamis (29/08/2024). Program Desa Kopi ini telah menyabet penghargaan Zakat Award 2024 nominasi Gold pada Munas Forum Zakat ke-10 lalu. Sebagai upaya menumbuhkan lembaga zakat lainnya, Sekolah Amil Indonesia menginisiasi webinar tersebut.
Webinar Series yang bertajuk “Bedah Program Pemberdayaan Berbasis Kopi”, turut mengundang Udhi T Kurniawan selaku Deputi 1 Direktur Program Pemberdayaan Dompet Dhuafa, Dwi Tanty Kurnianingtyas selaku Head Innovation & Sustainability Indonesia Berdaya, dan Cici Sartika selaku Pengelola Program Desa Kopi Solok Sirukam yang membagikan cerita pengalam suka dukanya.
Pada sesi satu pemaparan materi, Deputi 1 Direktur Program Pemberdayaan Dompet Dhuafa yang akrab disapa Mas Udhi, menularkan semangatnya untuk berbagi. Beliau menuturkan bahwa yang namanya “buka-bukaan” seperti judul webinar ini, berarti kami benar-benar akan berbagi suka duka pembelajarannya untuk menerapkan cara sukses dan mengetahui kesalahan agar dapat menghindari kegagalan.
“Nilai keberhasilan dari pembelajaran dan kegagalan itu sebenarnya setara. Seseorang yang memberikan ilmu tentang keberhasilan, bisa jadi akan menginspirasi orang lain untuk meniru strategi yang dipakai agar berhasil,” ucap Mas Udhi.
Beliau juga menambahkan berkaitan dengan kegagalan, seseorang dapat belajar menghindarinya. “Seseorang yang menyampaikan praktik kegagalan, memungkinkan agar orang lain juga belajar. Barangkali tidak melakukan strategi yang sama, namun tidak menjumpai kegagalan yang sama”.
Desa Kopi Solok Sirukam yang dinobatkan sebagai Program Ekonomi terbaik Zakat Award 2024 tentu tidak sempurna secara keseluruhan. Justru program ini penuh dengan dinamika yang dapat dipelajari bersama yang akan memperkaya ilmu serta pengalaman pemberdayaan berbasis kopi untuk ke depannya.
Program Berbasis Zakat Orientasi Capai Maqashid Syariah
Desa Kopi Solok Sirukam hadir di tengah masyarakat Kabupaten Solok untuk membantu pengembangan ekonomi dari potensi alam kopi. Mas Udhi menegaskan, hadirnya program LAZ tentu menghasilkan program berbasis zakat. Oleh karenanya, program berbasis zakat tersebut harus berorientasi tercapainya maqashid syariah.
Maqashid syariah dalam lingkup ilmu Ekonomi Syariah berkaitan dengan perlindungan atau penyelamatan jiwa. Dalam hal ini, Dompet Dhuafa membagi empat klaster program untuk mencapai maqashid syariah, di antaranya layanan, pengembangan, pemberdayaan, dan pembelaan. Sementara itu, Desa Kopi Solok Sirukam menjadi klaster program ketiga yakni pemberdayaan ekonomi.
Kehadiran program pemberdayaan menjadi cita-cita bersama dalam mewujudkan model program yang memiliki dampak kuat dan berkelanjutan. “Seperti yang dikatakan Mbak Tanty di awal bahwa program pemberdayaan ini harus bisa dibuktikan dengan metode pengukuran yang kredibel menggunakan metode research, ya. Serta didukung oleh SDM yang kompeten dan jaringan kolaborasi yang luas,” tandas Mas Udhi.
Dalam mencapai maqashid syariah, setidaknya program berbasis zakat ini perlu memiliki lima strategi. Yang pertama, Local Lead Development di mana strategi ini digunakan untuk menyusun desain pengembangan dan kompetensi SDM pengelola program. Kurang lebih seperti Cici Sartika , seorang pemudi asli Sumatera Barat yang menjadi pengelola muda lokal Desa Kopi Solok Sirukam.
Kedua melakukan research atau riset sebagai dasar perencanaan dan basis evaluasi untuk pengembangan program. Ketiga, tahap implementasi program yang berdampak dan berkelanjutan. Setelah program tersebut sudah dirasakan dampaknya, strategi keempat yakni kolaborasi. Tahap kolaborasi menginisiasi adanya ikut serta dari berbagai sektor dan aktor penggerak seperti istilah kolaborasi pentahelix.
Kemudian strategi kelima ada publikasi, yang merupakan tahap menyusun dokumen praktik baik sebagai sebagai konten komunikasi dan acuan model program bagi publik. Tentunya dari kelima strategi ini, Dompet Dhuafa bertujuan untuk mencapai substansi program dalam pemberdayaan ekonomi.
Segitiga Program Pemberdayaan Ekonomi
Program pemberdayaan ekonomi bagi Dompet Dhuafa memiliki makna harus dapat menjawab kebutuhan pasar dari memaksimalkan potensi lokal. Dalam hal ini, Dwi Tanty Kurnainingtyas memaparkan segitiga program pemberdayaan yang utamanya memperhatikan aset produksi. Caranya, mengoptimalisasi aset produksi yang dimiliki masyarakat, memberikan aset produksi yang tidak dimiliki masyarakat, tetapi dibutuhkan. Kemudian mengoptimalkannya.
Kedua, produk yang dihasilkan mustahik harus dipastikan memenuhi kebutuhan pasar. Oleh karena itu, pada poin produk, pengelola perlu memastikan bahwa mustahik mampu memproduksi komoditas sesuai permintaan pasar. “Memang perlu memperhatikan komoditas sesuai kebutuhan pasar. Jadi tidak asal produksi, kita harus lihat komoditas apa sih yang laku di pasar. Ini juga harus memenuhi kualitas, kuantitas, dan kontinuitas atau yang disebut 3K,” ucap Dwi Tanty K.
Selanjutnya, berkaitan dengan market atau penjualan yang memastikan komoditas yang diproduksi dapat diserap oleh pasar dengan harga yang sesuai. Juga memastikan jaringan pasar terus bertumbuh, sehingga volume serapan komoditas mustahik terus meningkat.
Adapun pemberdayaan ekonomi perlu membangun kelembagaan lokal yang menjadi kunci program dalam kemandirian mustahik dan keberlanjutan program. Langkah-langkahnya dapat berbentuk kelompok yang dikelola secara berlanjut oleh local leader.
Desa Kopi Solok Sirukam yang namanya mulai terang sebagai program pemberdayaan ekonomi, rupanya memiliki cerita suka duka. Cici Sartika yang kerap disapa Uni Cici menceritakan pengalamannya menjadi pengelola Desa Kopi. Bagian bahagianya ketika mustahik mulai mencapai kehidupan sejahtera dari harga kopi yang sesuai.
Uni Cici juga bercerita mengenai keuntungan dari penjualan Kopi serta kolaborasi yang makin menguatkan jaringan program ini, mulai dari sektor universitas hingga pemerintah setempat. Kemudian terkait kendala, Uni Cici berbagi pengalamannya dalam proses pendampingan mustahik yang betul-betul harus diperhatikan agar kebun kopi tumbuh secara maksimal.
“Pernah saya mengarahkan untuk memberikan pupuk kopi. Tapi saya kaget saat melakukan pengecekan, malah pupuk lain yang diberikan ke pohon kopi tersebut. Jadi memang ini suka dukanya pendampingan Desa Kopi,” ucap Uni Cici sambil terkekeh.