Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Tanah Karo. Kota yang terkenal di wilayah ini adalah Brastagi dan Kabanjahe. Brastagi merupakan salah satu kota turis di Sumatera Utara yang sangat terkenal dengan produk pertaniannya yang unggul. Salah satunya adalah buah jeruk dan produk minuman Markisa Jus yang terkenal hingga seluruh nusantara.
Mayoritas suku Karo bermukim di daerah pegunungan ini, tepatnya di daerah Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak yang sering disebut sebagai atau Taneh Karo Simalem. Banyak keunikan-keunikan terdapat pada masyarakat Karo, baik dari geografis, alam, maupun bentuk masakan.
Sejak erupsi Gunung Sinabung pada akhir 2013 lalu, sebagian penduduk Tanah Karo berduka. Ribuan mengungsi, tanah ladang rusak dan mata pencaharian hilang. Kawasan area 5 kilometer dari kaki Sinabung saat ini kondisinya seperti tak bertuan karena ditinggal penghuninya, sementara area pertanian ditutupi debu dan bebatuan yang berwarna putih serta lumpur akibat hujan yang nyaris tidak henti.
Lembaga zakat, ormas Islam dan pemerintah lalu berkumpul. Dua kali mereka menggelar pertemuan penting itu, pertama pada 17 Februari di Kabanjahe, ibukota Tanah Karo, dan pada 19 Februari di Medan.
Pertemuan pertama diikuti oleh Kementerian Agama, Baznas, Majelis Ulama Indonesia, Muhammadiyah Karo, PKPU, Baitul Maal Hiyatullah, Baitul Maal Muamalat, dan Dompet Dhuafa. Bertempat di RM Maspon Kabanjahe, pertemuan dihelat mulai pukul 09.00 WIB.
Sesi pertama adalah laporan masing-masing lembaga atas kegiatan selama penanganan bencana. Bentuk bantuan hampir relatif seragam, yaitu pemberian logistik makanan, pelayanan kesehatan dasar, dan pembangunan pengungsian. “Nah, ini pentingnya pertemuan ini. Sudah lama saya menunggu koordinasi seperti ini, agar kita ndak tumpang tindih lagi,” kata Rahmat Afandi, Kepala Cabang BMH Medan.
Berikutnya saling berbagi kondisi lapangan selama penyaluran bantuan. Sekaligus meng-update data pengungsi yang ternyata pergerakan sangat dinamis. Dalam rapat itu terungkap bahwa secara umum kondisi pengungsi baik. Logistik juga masih mencukupi. Di awal Januari lalu, ada 31 titik lokasi pengungsian. Dari 31 titik, 5 titik dikelola oleh komunitas muslim, 16 dikelola oleh GBPK (Gereja Batak Protestan Karo) dan 10 titik lagi dikekola oleh komunitas umum.
Komunitas muslim itu, satu di Masjid Agung, dikelola oleh Kenaziran Masjid, Islamic Center dikelola Muhammadiyah, Masjid Istihrar oleh Kenaziran Masjid Istihrar dan dua lokasi lagi Masjid Nurul Awaliyah (Payung) dan Masjid Tiga Binanga (Tiga Binanga). Jumlah pengungsi yang muslim diperkirakan ada 6.000 jiwa sedangkan yang bisa ditampung di lima titik hanyalah 1.500 jiwa. Sisanya, menyebar di Gereja dan pemukiman umum.
Ketua Pengurus Daerah Muhammadiyah Karo, Erwin Tanjung bersuara. “Kita harus perhatikan akidah umat, para pengungsi muslim yang terpaksa harus tinggal di gereja itu harus kita dampingi, agar imannya tak lepas,” ujarnya. Data umat yang mengungsi, menurut Erwin, masih belum valid.
Drs. Dur Brutu, Kakanwil Kemenag Karo, menyatakan, “Dari data yang kami kumpulkan, ada 6.928 pengungsi muslim, 7.669 Protestan, dan 1.359 Katholik. Ini pendataan berbasis agama. Namun memang forum ini sangat bagus, sehingga kita bisa saling berbagi data dan kondisi lapangan.
Dalam pemetaan di forum tersebut, ada 10 desa yang membutuhkan pendampingan, terutama keagamaan, yaitu Guru Kinayan, Suka Meriah, Simacem dan Bakerah (Kecamatan Payung), Desa Sukanalu Tran, Sigarang-Garang, Kuta Rakyat, Naman, Gung Pinto dan Kutambelin (Kecamatan Naman). Di tengah pertemuan muncul usulan agar Forum Zakat memfasilitasi pengiriman dai ke desa-desa tersebut.
“Bagi Muhamamdiyah, program ini sebagai suatu kewajiban sebagai organisasi dakwah. Target yang diharapkan pembentukan Taman Bacaan Al-Quran di desa-desa yang akan dibina. Majelis Tabligh memperdayakan tenaga pengajar yang berasal dari desa tersebut dan Muhammadiyah memberikan honor sebagai perangsang berjalannya kegiatan Baca Al-Quran,” kata Erwin. Dia mengajak agar dukungan pembinaan diperluas dan menggunakan nama Forum Zakat.
Pendampingan itu dalam bentuk pengajaran agama, belajar membaca Iqra, belajar shalat bagi anak-anak. Kita juga bisa memberikan tausiyah kepada pengungsi untuk menguatkan mental mereka.
Majelis Ulama Indonesia juga memberikan perhatian kepada kondisi psikis pengungsi, baik orang dewasa maupun anak-anak. Tausiyah dan pengawalan akidah diharapkan dapat memberikan spirit, kekuatan hati dan kesabaran kepada mereka agar selama di lokasi pengungsian mereka tetap tabah.
Dalam forum itu, Ketua MUI Kabupaten Karo, Drs Adnan Effendi Zainuddin, mengucapkan terima kasih kepada umat Islam yang peduli terhadap ustad, dai, guru mengaji dan siswa yang terkena dampak erupsi Sinabung. Diakuinya, selama musibah Gunung Sinabung, peran ustad dan dai serta guru mengaji, tetap berjalan, dengan keprihatinan.
Adnan mengatakan, dia sudah memimpin MUI Karo selama dua priode, tetapi tidak pernah memperoleh bantuan dari Pemkab Karo. “Kantorpun tidak punya, biaya dari APBD juga tidak dianggarkan, administrasi dilakukan apa adanya,” jelasnya.
Kepala Cabang PKPU Medan, Dian Mardiana menyatakan siap mendukung hasil rapat tersebut. “Sebagai lembaga nasional, kami akan mendukung, terutama penyediaan sarana fisik ibadah dan logistik,” kata Dian.
Ketua Baznas Karo, Adi Sungkono menyatakan Baznas sudah menjangkau lima posko pengungsi di kawasan Kabanjahe dan Brastagi, yaitu Masjid Agung Kabanjahe, Maka Mehuli Stadion Kabanjahe, Masjid Taqwa Kabanjahe, Islamic Center Kabanjahe dan Masjid Istihror Brastagi. Di titik-titik yang dipenuhi pengungsi tersebut, Baznas memberikan uang tunai Rp 150 juta untuk 1.000 KK, 150 paket seragam SD, 150 seragam SMP, 300 kain sarung dan 300 mukena.
Utusan BMM di Kabanjahe, Elyas Marwan Sembiring, menyatakan bahwa dia masih memiliki stok 2.000 lembar seng, dan puluhan kubik kayu. “Mari sinergi, bagi yang memiliki kebutuhan seng, kayu dan paku, bisa hubungi kami untuk pembangunan pengungsian, hunian sementara atau tempat ibadah,” katanya.
Pertemuan pertama ditutup dengan sesepakatan untuk memperluas zona sinergi dengan menggelar pertemuan kedua di Medan, dua hari kemudian. Dalam pertemuan kedua, Rabu (19/2), kehadiran lembaga zakat lebih banyak lagi. Mereka yang tercatat adalah Dompet Dhuafa Waspada, PKPU, RZ, BMH, BMM, LAZ Ulil Albaab, LAZ Namira, LAZ PLN Medan, Bazma Pertamina, dan YBM BRI.
Dalam forum itu, disepakati tiga aksi bersama, yaitu dakwah, insfrastruktur ibadah dan kesehatan. Dakwah berupa program penempatan dai, pembelian al-Quran dan Iqra. Kedua, perbaikan infrsatrukti tempat ibadah, dengan database yang diberikan oleh Baznas Karo. Ketiga, program kesehatan, yaitu toilet portabel, layanan kesehatan, dan obat.[]