“Individually, we are one drop. Together, we are an ocean” — Ryunosuke Satoro
Kopi bagi amil laksana sungai bagi ikan. Bersama kepulan nikmatnya kopi, para amil zakat berkumpul dan berbagi cerita. Tak ada pertemuan para amil tanpa kopi. Jarang sekali amil zakat penyuka teh, jus atau bahkan minuman bersoda. Semakin banyak amil bertemu, semakin banyak pula kopi terhirup dan bisa dinikmati.
Kegembiraan, kepahitan serta suka duka hidup sebagai amil seolah menyublim jadi satu dicangkir kopi. Tidak peduli pagi, siang, sore bahkan menjelang pagi, para amil tetap saja memilih kopi. Seolah kopi ini candu bagi para amil ketika ketemu. Tak bisa jauh, apalagi terlepas dari aroma kopi yang khas.
Kepulan aroma kopi pun semakin menjadi ketika ada rapat-rapat amil bahkan kegiatan bersama. Entah apapun tema dan acaranya, kopi identik menu wajib para amil saat kerja maupun rehat sejenak. Tanpa kopi, seolah dunia sepi. Kopi seolah “kenikmatan hakiki”, bahkan derajatnya bagi beberapa amil zakat menjadi asupan utama kehidupan sehari-hari. Seakan dalam hidupnya, “gak apa-apa nggak makan, yang penting bisa ngopi”.
Kopi bagi amil, seolah bagian tak terpisahkan. Ia juga semacam “bahasa sosial” yang menyatukan beragam usia dan perbedaan amil. Kopi digunakan kerap kali untuk memudahkan komunikasi, negosiasi, bahkan sekedar penjeda waktu saat kesibukan mencapai puncaknya.
Kopi sendiri memang tak dipungkiri mengandung banyak kemanfaatan, sehingga pantas saja banyak sekali digemari orang-orang di pelbagai belahan dunia. Minuman kopi sendiri sudah ditemukan semenjak berabad-abad silam oleh Bangsa Arab. Kopi juga dikenal memiliki berbagai manfaat dan khasiat. Sejumlah sumber mengungkap manfaat kopi antara lain : mengurangi potensi diabetes, mengurangi kerusakan fungsi saraf, mengurangi resiko kanker, membantu pembakaran lemak, mencegah gigi berlubang, menjaga kesehatan jantung, hingga mencegah depresi.
Ketika Kopi Harus diwaspadai
Hari demi hari berlalu. Semakin tua usia para amil zakat, sejatinya ia semakin tak bersahabat dengan kentalnya kopi, apalagi kopi yang bersenyawa kuat dengan gula. Kondisi tubuh para amil tak sekuat dan sehebat saat masih muda dan penuh energi. Tubuh secara alami akan memiliki keterbatasan. Termasuk dalam hal ini, harus diakui bahwa secara perlahan tubuh para amil semakin berkurang kemampuannya untuk menerima efek dari kopi. Terlebih lagi kopi manis dengan taburan gula.
Ada baiknya para amil mulai realistis dalam mencintai dan menyukai kopi. Tokh, ada beragam cara merawat cinta agar tetap tumbuh hingga berbilang waktu. Begitupun cinta para amil pada kopi, ia tetap bisa dilakukan tanpa nafsu berlebihan dan menggebu. Rindu akan kopi, masih terus bisa diobati dengan tetap menghirup dan mencecapnya sebatas perlu. Dan yang lebih penting, fokuslah pada kopinya, bukan pada gula, susu, krimer atau yang lain.
Dunia zakat memang sering tampak diisi para senior penyuka kopi. Entah dengan alasan memang kopinya asli dan nikmat, atau membantu melestarikan hasil pemberdayaan masyarakat. Intinya, makin senior amil di ekosistem zakat, seolah makin identik dengan penyuka kopi. Amil senior adalah pemberi warna gerakan zakat, bahkan hingga ke soal minum kopi segala.
Kini saatnya para pendahulu di gerakan zakat berani mengkampanyekan saatnya amil minum kopi pahit. Kopi yang asli tanpa pewarna, pengawet, dan juga pemanis. Bila memang pecinta kopi sejati, minum kopi pahit harus di dorong jadi kebiasaan yang perlu dilestarikan. Peminum kopi pahit, harus juga diapresiasi, sebagai orang-orang tulus yang mencintai kopi dengan apa adanya. Orang-orang yang berani berbeda dan siap menanggung risiko pahitnya kopi.
Selain kopi manis, minuman lain yang kurang sehat dan tidak mendukung spirit kebugaran amil harus pula di dorong untuk dihentikan. Amil yang fit dan bugar adalah dambaan umat. Terlepas berapapun usia amil, bila terus sehat, Insyaallah manfaatnya akan besar sekali bagi umat. Bagi pecinta kopi sejati, tidak perlu ragu, kopi masih tetap bisa diminum, bahkan beberapa kali dalam sehari, asal tidak berlebihan dan wajar menikmatinya.
Dalam batas normal, kopi tetap memiliki beragam manfaat. Bahkan Menurut spesialis kopi, Ory Hofmekler, dia menyatakan bahwa mengonsumsi kopi hitam pahit dengan sistem yang benar, bisa membuat tubuh menjadi lebih fit dan fresh juga mewujudkan otot menjadi lebih kuat.
Sekali lagi, bagi para amil pencinta kopi, selamat hijrah dari kopi manis penuh gula, kepada kopi pahit penuh kemurnian cinta. Biarlah dunia tahu, siapa pencinta kopi sejati dan siapa yang memilih kopi hanya untuk pemuas nafsu sesaat namun penuh kepalsuan rasa.
Ditulis Nana Sudiana (Sekjend Forum Zakat & Direksi IZI) di Condet menjelang pagi, Jum’at, 14 Februari 2020