Sejumlah inovasi dalam pengelolaan zakat dan qurban, salah satunya yang telah dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat (LAZ) Rumah Zakat dengan program Superqurban, dimana dalam program tersebut daging kurban yang sudah diptong lalu dikemas dalam bentuk kornet dalam kaleng. Dengan begitu, manfaat daging kurban bisa bertahan lama.
CEO Rumah Zakat Nur Efendi di Jakarta menjelaskan bahwa dengan dikemas dalam kaleng, daging kurban dapat dimanfaatkan oleh semua orang. Tidak hanya di kawasan perkotaan, Superqurban bahkan bisa dinikmati oleh masyarakat pelosok. “Kami sudah distribusikan 222.000 kaleng periode Oktober 2015 sampai Juni 2016. Ini distribusi sampai pulau terluar,” kata dia.
Keberadaan Superqurban menurut Nur Efendi sangat positif direspon oleh masyarakat. Banyak masyarakat, terutama di kawasan pedalaman mengaku senang lantaran bisa merasakan nikmat kurban. “Mereka bahagia bisa merasakan daging kurban. Di daerah sana distribusi kurban sangat minim,” katanya. Tak hanya itu, Nur menjamin kualitas daging yang sudah diolah menjadi kornet. Ini karena pengolahan daging tersebut sudah didampingi oleh tenaga ahli.
Ia juga menambahkan, Rumah Zakat telah membantu meringankan kerawanan pangan dan daerah bencana di Indonesia selama 18 tahun. Setiap tahun, Rumah Zakat diamanahi ribuan kambing dan sapi untuk diolah menjadi ratusan ribu kaleng kornet kepada masyarakat.
“Kornet Superqurban menjadi solusi untuk menjawab kebutuhan pangan seperti di Iokasi-Iokasi bencana, baik di dalam maupun luar negeri, pulau-pulau terdepan di Indonesia, hingga daerah-daerah yang rawan pangan,” kata Efendi.
Tahun Ialu, Rumah Zakat diamanahi 3.500 kambing dan 1.300 sapi yang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang membutuhkan hingga sekarang. Sejak Oktober 2015 hingga Juni 2016 ini, Rumah Zakat sudah mendistribusikan 222.000 kaleng kornet Superqurban ke berbagai wilayah di Indonesia.
Efendi menyebutkan, pihaknya telah beberapa kali melakukan aksi kemanusiaan, antara lain Ekspedisi Bhakti PMK 2016 yang mendistribusikan 30.000 kaleng kornet ke pulau terdepan di Nusa Tenggara Barat, Maluku, dan Papua Barat. Kemudian, ekspedisi ke Pulau Lemukutan Kabupaten Bengkayang Pontianak hingga Aksi Peduli Bencana untuk korban banjir dan longsor Pandeglang dan kebakaran Kampung Lio Depok pada Agustus 2016.
Chief Program Officer Rumah Zakat Heny Widiastuti menuturkan, sejak 1998 hingga 2016 ini, Rumah Zakat telah membukukan lebih dari 15 juta penerima manfaat program pemberdayaan di Indonesia. “Seluruh penerima manfaat dan program pemberdayaan yang digulirkan RZ hingga usia 18 tahun ini merupakan upaya untuk beraksi nyata membangun Indonesia,” ungkap Heny.
Menurut dia, Rumah Zakat telah memiliki 18 fasilitas sekolah gratis, 7 klinik bersalin gratis, 50 ambulans, 28 mobil klinik, serta lebih dari 800 wilayah binaan di seluruh Indonesia. Seluruh bantuan dan infrastruktur program pemberdayaan Rumah Zakat diproyeksikan untuk terus berkembang, baik secara kualitas Iayanan bagi masyarakat yang membutuhkan maupun dalam hal pertambahan jumlah serta sebaran wilayahnya.
Dia melanjutkan, isu sosial kemasyarakat sangat multidimensi dan akan selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Untuk itu, Rumah Zakat harus senantiasa meningkatkan kapasitas dan kapabilitas agar senantiasa berkontribusi nyata bagi pembangunan Indonesia.