Bagaimana Membangun Sistem Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) yang Efektif?

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp

Penulis: @Nana Sudiana (Sekjend FOZ & Direksi IZI)

 

Kebersamaan adalah permulaan. Menjaga bersama adalah kemajuan. Bekerja bersama adalah keberhasilan” – Henry Ford –

 

Beberapa waktu yang lalu, di sela-sela aktivitas ramadhan yang cukup padat di Makassar, Sulsel, saya berkesempatan memenuhi undangan sahabat-sahabat amil dari LAZ Wahdah Islamiyah. Ini silaturrahim saya pertama ke kantor mereka, namun entah kenapa, pertemuan ini demikian hangat dan penuh keakraban. Seakan teman lama yang lama tak bersua. Walau tanpa diselingi kopi atau panganan pendampingnya – maklum saat itu ramadhan – pertemuan tadi tetap terasa penuh makna dan serasa ada dalam sebuah keluarga.

 

Salah satu perbincangan ringan, yang entah kenapa malah jadi serius pada ujungnya adalah soal efektivitas organisasi amil zakat. Saya diminta sharring tentang bagaimana membangun sistem organisasi pengelola zakat (OPZ) yang efektif?. Berat bukan tema ini, apalagi dibicarakan saat siang bolong waktu ramadhan ketika itu. 

 

Dalam banyak buku-buku manajemen modern, ada banyak teori yang dianut mengenai organisasi efektif. Secara umum, efektivitas sendiri merupakan suatu pencapaian dari kegiatan sesuai dengan yang telah di rencanakan. Makna efektif bagi sebuah OPZ tentu bila aktivitas organisasinya mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 

 

Efektivitas organisasi sendiri tercapai bila didalamnya terjadi pula capaian efektivitas individu dan kelompok yang baik. Efektifitas individu akan mendukung efektivitas kelompok dan efektivitas kelompok tentu saja akan berkorelasi dengan pencapaian efektifitas organisasi. Sehingga dengan begitu pencapaian tujuan organisasi bergantung kepada suatu efektivitas kelompok. Demikian juga dengan efektivitas kelompok yang bergantung dengan efektivitas individu. Itu pula dalam evaluasi pencapaian organisasi, yang akan dievaluasi adalah pencapaian secara individu, atau amil, setelah itu kelompok kerja atau divisi/bidang dan ujungnya evaluasi secara menyeluruh terhadap semua komponen oeganisasi. 

 

Setiap orgnisasi pengelola zakat tentu memiliki ukuran dan kriteria yang berbeda dalam soal penentuan efektivitas organisasi ini, namun sejumlah kriteria dibawah ini setidaknya bisa jadi gambaran tentang kriteria efektivitas organisasi. Kriteria pertama adalah kriteria jangka pendek : meliputi bidang penghimpunan, program (pendayagunaan), support system ( IT, SDM, keuangan dan pengadaan/operasional) serta kepuasan layanan (baik internal maupun eksternal) organisasi. Kriteria kedua adalah kriteria jangka menengah, meliputi : kemampuan menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi (termasuk perubahan regulasi, situasi eksternal dan lain sebagainya). Adapun kriteria ketiga adalah kriteria jangka panjang, yaitu kemampuan sebuah OPZ untuk terus mempertahankan kehidupan organisasi-nya. 

 

Memulai Organisasi Layaknya Menanam Padi

Bagi amil yang lahir dan besar di desa, tentu biasa melihat bagaimana orang menanam padi. Dibalik sederhananya proses orang menanam padi, ternyata ada 2 kandungan ajaran luhur didalamnya. Pertama, menanam padi itu harus dilakukan dengan cara mundur. Mengapa mundur?, agar padi yang sudah ditanam tidak terinjak-injak dan rusak. Walaupun secara lahir terlihat mundur, sesungguhnya mereka maju, dalam arti nantinya petani akan memperoleh kemajuan. Yaitu akan memanen padi, akan bisa makan nasi, atau padinya dijual untuk kebutuhan hidup lainnya. Kedua, menanam padi harus dilakukan dengan merunduk, karena jika dilakukan dengan berdiri, tentu bibit padinya tidak bisa tertanam. Posisi merunduk memang lebih capek, namun dengan merunduk penanaman padi bisa lebih kokoh dan menancap kuat di tanah. Hikmah merunduk juga adalah bahwa bila ingin hasilnya lebih baik, maka harus lebih kerja keras dan berani melawan rasa capek dan lelah demi hasil yang lebih baik saat panen nanti. 

 

Petani yang menanam padi, sadar betul bahwa padi yang ditanamnya tak boleh dibiarkan tanpa perawatan dan perhatian. Ia harus secara rutin memberikan pupuk, menyiangi rumput liar, dan memperhatikan perkembangan padinya dari waktu ke waktu. Setelah semua dilakukan, barulah seorang petani berpasrah dalam do’a dan permohonan pada Sang Pencipta, Allah SWT yang menumbuhkan padi dan berkuasa atas segala sesuatu, termasuk memberikan rezeki dalam bentuk tanaman padi yang subur dan panen padi yang baik bagi petani. 

 

Dalam konteks organisasi pengelola zakat, para pemimpin OPZ harus dengan sabar, telaten dan penuh perhatian maksimal merawat dan menumbuhkan organisasinya masing-masing. Fungsi organisasi bukan lagi dihafal namun sudah harus dipraktikan dengan luwes dalam kehidupan organisasi sehari-hari. Fungsi-fungsi seperti proses menciptakan hubungan antara berbagai fungsi, personalia dan faktor-faktor fisik agar semua pekerjaan yang dilakukan dapat bermanfaat serta terarah pada suatu tujuan harus terlihat nyata implementasinya di lapangan. 

 

Semua fungsi pengorganisasian dilakukan agar semua aktivitas dapat bermanfaat serta terarah pada suatu tujuan. Pengorganisasian yang baik dapat memberikan beberapa keuntungan pada OPZ. Pertama, dapat terbina hubungan yang baik antar anggota organisasi, maupun antar organisasi sehingga mempermudah pencapaian tujuan organisasi. Kedua, setiap anggota organisasi dapat mengetahui dengan jelas tugas dan kewajiban serta tanggung jawab masing-masing.

 

Hal berikutnya yang diperlukan untuk bisa mengawal efektivitas organisasi ini adalah soal kepemimpinan. Kepemimpinan sebagaimana kita tahu adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi, memotivasi dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi yang telah ditentukan. Seorang pemimpin dapat mengarahkan dan mempengaruhi bawahan agar bersedia melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik. 

 

Agar seorang pemimpin OPZ bisa mengarahkan dan mempengaruhi bawahan yang ada dalam organisasi-nya, maka ia dituntut untuk memiliki setidaknya tiga keterampilan dasar kepemimpinan. Pertama, mampu membaca situasi. Ini penting dilakukan agar ditengah dinamika gerakan zakat, pimpinan OPZ masih tetap tajam matanya dalam melihat situasi dan kondisi lingkungan gerakan zakat. Kemampuan ini nantinya berkorelasi untuk memantau dan mendiagnosa situasi, mengantisipasi perubahan, mengambil risiko, dan membangun kepercayaan internal tim. Kedua, kemampuan pendelegasian. Pendelegasian adalah pemberian kewenangan terbatas pada bawahan. Proses ini walau terjadi proses berbagi kekuasaan dalam waktu sementara, tapi merupakan bentuk kepercayaan yang baik bagi penumbuhan potensi kepemimpinan di masa depan. Kemampuan ini bila secara rutin dilakukan, akan meningkatkan rasa percaya diri bawahan dan kesiapan untuk menerima tanggungjawab yang lebih besar lagi. Ketiga, kemampuan adaptasi dan reformasi. Kemampuan ini diperlukan untuk eksistensi lembaga di masa yang akan datang. Ini diperlukan untuk mengenali kekuatan dan mengkompensasikan kelemahan yang ada pada organisasi. Juga untuk mengantisipasi situasi-situasi kritis yang mungkin saja akan terjadi. 

 

Langkah Mengorganisasi OPZ

Ada 2 langkah yang harus diambil OPZ dalam mengorganisasi lembaganya agar sukses. Sebelum menggorganisasikan, dua tindakan ini terlebih dahulu harus dilakukan yaitu : Pertama, menentukan struktur organisasi. Struktur penting bagi organisasi karena ini akan jadi modal terbaik untuk mencapai tujuan. Semakin kuat strukturnya, maka semakin peluang berhasil lebih terbuka. Saat yang sama, struktur ini antar organisasi memang tak sama, karena tujuan dan cita-cita masing-masing organisasi memang berbeda. Jangan sekalipun tergoda untuk meniru struktur organisasi pihak lain, apalagi tanpa alasan yang memadai. Selain memang berbeda tujuan, bisa jadi sumber daya yang tersedia juga berbeda kriterianya. Kedua, menentukan wewenang, tugas, dan tanggung jawab setiap orang yang bekerja di OPZ, terutama pimpinannya, baik  di level GM dan managernya.

 

Mengurus organisasi pengelola zakat tak dijamin lebih mudah dari mengelola bisnis. Faktanya beberapa profesional di bisnis non zakat, ternyata tak bertahan lama memimpin lembaga zakat. Entah karena hal apa, yang jelas mereka merasa kesulitan beradaptasi, khususnya bisa jadi karena bisnis prosesnya dunia zakat yang memang berbeda dengan bisnis. Selain itu, ada hal yang penting yang kadang dilupakan dalam mengorganisasikan lembaga zakat, yakni soal kepercayaan. 

 

Soal kepercayaan ini penting. Percaya pada kekuatan sendiri, keyakinan dan percaya akan masa depan yang akan diraih dengan baik. Suatu ketika Steve Jobs (pendiri dan pimpinan Apple) mengatakan : _”Kau harus percaya bahwa titik-titik (dalam hidup) pasti akan terhubung di masa depan. Kau harus percaya pada sesuatu, dorongan hati, takdir, kehidupan, karma, apapun. Cara ini tidak pernah mengecewakanku, dan telah membuat banyak perbedaan dalam hidup saya.”_

 

Hal tadi dikatakan Steve Jobs pada 12 Juni 2005, saat ia datang ke Universitas Stanford di California untuk memberikan pidato bagi para wisudawan. Di sana, dengan gaya  percaya diri penuh, sang pendiri Apple menekankan betapa pentingnya mengikuti kata hati, walau pada saat itu mungkin masih tidak jelas hati kita akan membawa kita ke mana. 

 

Jobs senantiasa percaya pada masa depan, ia berfokus selalu pada solusi terbaik bagi teknologi yang bisa membantu manusia. Dengan keyakinan untuk mencoba dan mewujudkan ide dan gagasannya, pada usia 20 tahun, Jobs dan sahabatnya Steve Wozniak memulai Apple di garasi orang tua Jobs. Dimulai kerja di garasi, mereka membangun perusahaan yang pada akhirnya senilai 2 triliun dolar serta mempekerjakan 4.000 karyawan. Yang luar biasa, justru ketika Steve Jobs dipecat. Saat itu ia menginjak usia 30 tahun. Ia dipecat karena jajaran eksekutif di Apple tidak setuju pada Jobs, dan lebih membela orang lain yang justru Jobs pekerjakan. 10 tahun usaha  panjang yang telah dilakukan pun hilang begitu saja dan ia memutuskan untuk memulai kembali dari nol. Jobs kemudian mendirikan perusahaan bernama NeXT dan ia membeli perusahaan bernama Graphics Group. NeXT ternyata sukses besar, lalu Apple membeli NeXT, akibatnya Jobs kembali lagi sebagai petinggi Apple. 

 

Tiga Modal Dasar Membangun Sistem OPZ yang Kuat

Secara organisasi, OPZ tidak berbeda dengan organisasi pada umumnya. Dan bagi Umat Islam, tentu dasar berorganisasi patokannya sama. Ingin lebih kuat dan manfaatnya bisa lebih banyak bagi kepentingan umat. Dasar menyatukan diri dalam organisasi ini disebut di dalam Al Qur’an : “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”(QS. Ash-Shaff : 4).

 

Atas dasar alasan inilah orang-orang menggabungkan diri dan saling menguatkan. Di dalam ayat tadi telah jelas dinyatakan bahwa Allah SWT mencintai orang-orang yang berjuang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur. Maksudnya “barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh”, adalah jelas terorganisir dengan rapi.  Dengan demikian berarti orang-orang yang berorganisasi itu adalah orang-orang yang dicintai oleh Allah SWT. Inilah di antara pandangan Al Qur-an terhadap organisasi. 

 

Alasan ini lebih kokoh bilamana dibandingkan dalam urusan mengelola zakat. Mengelola zakat sendirian, tentu selain akan banyak menemui kendala dalam implementasinya juga secara fitrah pengelolaan urusan umat ini tak biasa dilakukan. Dalam mengorganisasi inikan tak lepas dari konsep amanah, dan namanya amanah, jelas bukan kehormatan, namun beban dan kewajiban yang harus ditunaikan, bahkan walau harus mengorbankan waktu, tenaga bahkan juga nyawa. 

 

Mengelola OPZ yang tampaknya sederhana, ternyata dalam implementasinya tak mudah. Apalagi semudah membalik telapak tangan.  Selain diperlukan kesungguhan juga kesiapan mental karena dalam penunaian-nya tentu saja tak akan lepas dari adanya rintangan dan hambatan yang ditemui. Inilah kenapa di kalangan OPZ, ada cukup banyak para pimpinan OPZ yang dengan berbagai sebab tak bisa lagi melanjutkan kepemimpinannya. Ada begitu banyak tekanan dan hambatan yang terus terjadi dan menerpa gerakan zakat, dan pastilah bagi para pimpinan OPZ hal ini bukan sesuatu yang harus ditakuti dan dihindari. Hal tadi niscaya adanya dan ia akan terus menguji kita agar sampai pada kematangan dalam berorganisasi. Kematangan ini penting mengelola suatu organisasi, karena tambah matang, berarti akan tambah kokoh dan kuat kemampuannya dalam menimbang dan memutuskan sesuatu yang penting bagi organisasinya.  

 

Dalam mengelola organisasi OPZ, ada 3 modal dasar dalam membangun sistem OPZ yang kuat, Inilah modal yang harus dimiliki oleh para pengelola organisasi : 

 

Pertama, manajemen yang solid

Pada awalnya, membangun OPZ ini bisa jadi sendirian. Kalaupun ada orang lain, mungkin saja perannya terbatas. Dan, ketika OPZ sedikit demi sedikit berkembang dan terus bertumbuh, tentu tak cukup lagi dikelola seadanya. Sebagai pimpinan utama OPZ, tentu saja lama-kelamaan akan mengalami kesulitan bila mengerjakan semua hal sendirian. Kemampuan yang ada semakin tak cukup untuk melakukan sejumlah fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengawasan dan evaluasi sendirian. Pada situasi ini, tentulah diperlukan tim yang solid yang akan membantu menyelesaikan masalah yang terjadi. 

 

Pimpinan OPZ perlu membentuk tim manajemen yang baik untuk mengelola semua bidang yang ada dalam OPZ masing-masing.  Manajemen yang dipilih sendiri oleh pimpinan OPZ dan nantinya diberikan pendelegasian kewenangan tertentu inilah yang akan menjadi tulang punggung OPZ. Ia dan timnya diharapkan juga akan membawa OPZ masing-masing ke tingkat yang lebih baik. Ada tantangan tersendiri memang ketika membentuk tim manajemen sebuah OPZ. Tim ini selain harus berkemampuan baik dan mahir serta profesional, juga harus memiliki kecocokan dengan kultur dan budaya organisasi OPZ. Dalam tim manajemen ini nantinya akan dibagi kewenangan dan sesuai dengan kedudukannya masing-masing. Relasi yang terbangun dengan manajemen ini tak boleh ada bias kepentingan atau konflik of interest. 

 

Mencari dan menemukan Tim manajemen yang kuat memang tak mudah. Walaupun  bila tim manajemen ini diambil dari jejaring internal OPZ, risiko kegagalan mencapai tujuan organisasi tetap ada. Ada juga OPZ yang dengan pertimbangan tertentu, mengambil langkah dengan menyewa orang untuk menjadi bos di OPZ-nya mereka. Hal ini bisa jadi karena ketika OPZ melakukan analisis internal, lalu menyadari bahwa tidak ditemukan SDM terbaik yang ada dalam OPZ yang ia kelola untuk memimpin lembaga. Faktor lain bisa jadi pemegang amanah tertinggi di OPZ justru menemukan orang lain  yang lebih baik dalam kepemimpinan-nya. Yang harus diingat adalah, orang yang kita sewa sebagai pimpinan, harus dipastikan ia mampu sekaligus jadi teladan bagi seluruh amil yang ada. 

 

Karena strategisnya fungsi pendelegasian pada manajemen organisasi pengelola zakat, maka pimpinan manajemen harus bertanggung jawab atas segala sesuatu. Manajemen yang dibentuk juga, mereka punya tugas untuk penentuan strategi untuk OPZ. Mereka juga akan membentuk dan merekrut anggota tim senior lainnya. Selain itu, mereka yang dibentuk juga harus mampu mengelola aspek pendanaan organisasi. Seorang pimpinan manajemen, saat yang sama juga harus punya keahlian berpikir strategis, dan kemampuan memutuskan kemana tujuan OPZ masing-masing. 

 

Tim manajemen yang baik akan mampu menemukan “rute” terbaik bagi OPZ-nya  ketika mengalami hambatan atau rintangan yang terjadi. Dalam konteks ini, keahlian utama yang dibutuhkan dari seorang Ketua tim Manajemen adalah dalam hal merekrut dan memberhentikan orang. Tim manajemen yang baik idealnya dapat pula menutupi kekurangan pimpinan OPZ. Seorang pimpinan OPZ boleh jadi mengerti dan mampu mengatur strategi, memprediksi masa depan, dan mengelola anggaran, namun tetap saja diperlukan tim teknis yang mampu menerjemahkan semua harapan pimpinan OPZ sesuai tujuan yang telah digariskan. 

 

Kedua, SDM yang hebat

Modal dasar kedua adalah SDM. SDM ini penting bagi OPZ. Karena bilamana sebuah OPZ memiliki SDM yang bagus, ditambah daya dukung organisasinya bagus, maka separuh kejayaan organisasi sudah di tangan dan separuh laginya tinggal kerja keras dan pantang menyerah. Mencari sdm yang bagus memang tak mudah. Ia tak bisa ditemukan di sembarang tempat dan waktu. Semua OPZ pada dasarnya menginginkan menemukan sdm yang terbaik. Kalau selama ini perburuan sdm unggul di gerakan zakat di dapat melalui koran, iklan baris dan sosial media (internet), maka ke depan bisa jadi malah OPZ yang mendatangi langsung pusat-pusat pengembangan sdm terbaik di negeri ini. Pusat terbaik tempat anak-anak muda belajar tiada lain adalah perguruan tinggi. Di sanalah OPZ harus bisa dikenal dengan baik dan dapat kepercayaan dari anak-anak muda potensial yang sedang menyempurnakan diri dengan mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan dan teknologi. OPZ dihadapan mahasiswa-mahasiswi harus mampu menjawab pertanyaan : “kalau saya bergabung, bagaimana masa depan saya?”. Dengan kemampuan yang memadai dalam menjelaskan hal tadi, tak perlu proses panjang dan rumit, OPZ bisa dengan gampang membawa pulang berkas-berkas komitmen anak-anak muda potensial  untuk bergabung setelah mereka lulus dari kampusnya. 

 

Saat ini, perkembangan OPZ tak hanya dilihat dari besarnya penghimpunan maupun banyaknya program pendayagunaan yang dilakukan. OPZ yang ada, sudah mulai dipandang secara lebih utuh, mulai dari sistem organisasinya, implementasi program-programnya hingga pengelolaan SDM-nya. SDM di OPZ sudah semakin dianggap penting perannya dalam menuju kesuksesan organisasi.  Tanpa adanya SDM yang hebat dan mumpuni, maka OPZ yang ada pun bisa terancam gagal dan berantakan organisasinya. 

 

Terkait hal ini, diperlukan berbagai macam cara untuk membangun SDM yang solid. Urgensi SDM ini tak lain karena ia nantinya yang akan membantu produktivitas OPZ  sekaligus sebagai jalan untuk meraih kesuksesan organisasi. Keuntungan lainnya adalah SDM yang baik dan terampil akan mengantarkan organisasi yang dikelola mampu bersaing dengan para pelaku bisnis di industri yang sejenis. Perlu diketahui jika kemampuan SDM  di OPZ itu bukan hanya dilihat dari segi latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja mereka. Amil atau karyawan OPZ yang baik adalah mereka yang mampu bekerja sama dengan amil lainnya secara harmonis dan saling dukung dan menguatkan. Mereka juga bukan orang-orang yang mudah tersulut emosinya sehingga sumbu konfliknya tinggi. 

 

Kerjasama antar amil dalam sebuah OPZ lebih ditekankan. Hal ini selain agar soliditas mudah terbangun, juga akan memudahkan bila ada permasalahan kerja yang timbul sehingga bisa dengan mudah diselesaikan. Para amil atau karyawan senior bukan hanya punya tugas membimbing dan mengarahkan pekerjaan mereka yang lebih muda dan baru bergabung, namun lebih dari itu, mereka harus berperan menjadi teladan sekaligus motivator bagi SDM yang lebih junior dan muda. 

 

Selain adanya beban keteladanan di pundak para amil senior, di OPZ juga harus disiapkan pelatihan secara berkala. Pelatihan amil secara bersama-sama akan membuat mereka semua sadar akan tanggung jawab masing-masing sekaligus beban bersama dalam organisasi yang harus dipikul. Pelatihan ini juga akan membuat batas dari amil senior dan junior menjadi hilang dan mereka pun bisa  lebih akrab lagi. Dengan semakin bersatunya para amil, maka OPZ pun akan berkembang dengan baik dan cepat. 

 

Ketiga, Jaringan Strategis yang Luas

Di zaman global seperti saat ini, bisnis apapun memerlukan jaringan yang luas. Tanpa jaringan langkah kita mungkin akan lebih banyak terbentur-bentur dan justru membahayakan masa depan langkah yang akan dilakukan. OPZ yang baik, mustahil bisa bekerja tanpa tanpa networking memadai. Saat ini OPZ tak bisa besar dan berkembang sendirian. 

 

Jaringan strategis bagi bisnis ibarat sayap yang akan mempermudah sebuah entitas bisnis melaju kencang. Banyak manfaat yang dapat diperoleh jika sebuah OPZ memiliki banyak jaringan, diantaranya, mampu meningkatkan penghimpunan menambah koneksi dan relasi program pendayagunaan, menjadi solusi bagi persoalan umat dan bangsa, serta dapat menambah wawasan atau memperluas pengetahuan amil yang ada di lembaga. 

 

Beberapa langkah teknis bila ada OPZ ingin memperluas jaringan diantaranya adalah : memperbanyak kenalan, duplikasi, beri dukungan pada industri (komunitas), seringlah sharing dan aktif berkomunikasi, serta  serius bantu sesama. 

 

Pertama, memperbanyak kenalan. Untuk bisa dikenal banyak pihak, kita sendiri yang harus mengawali usaha agar orang lain mengenal baik kita. Bila kita ingin memperluas organisasi kita, diperlukan usaha yang terus menerus untuk mengenalkan diri. Cara mengenalkan diri terbaik tentu saja berkenalan dengan banyak pihak di segala momentum yang ada. Berbagai macam acara bisa menjembatani proses perkenalan kita secara elegant. Perkenalan yang kita lakukan, walau terlihat sederhana sesungguhnya  sangat berguna bagi proses pengembangan relasi baru. Sejumlah bisnis yang ingin tumbuh kuat, harus dibarengi kemampuan memperkenalkan diri pada banyak pihak. Semakin banyak relasi yang terbangun, maka semakin terbuka peluang untuk mengembangkan bisnis. 

 

Dalam proses memperluas jejaring agar bisa saling mengenal dengan banyak pihak, jangan lupa modal sederhananya selain aktif bertemu banyak pihak, juga tak ketinggalan siapkan kartu nama yang baik. Walau sepintas hal ini urusan sederhana dan teknis, namun kartu nama ini merupakan alat penting yang menjadi identitas lembaga kita untuk memperluas jaringan bisnis. Saat berkenalan dengan orang-orang penting yang baru ditemui, jangan pernah lupa memberikan kartu nama. Kegiatan bertukar kartu nama walau tampak sederhana tetap akan memberikan dampak yang sangat besar. Kartu nama merupakan sumber informasi yang akan memudahkan orang lain untuk menghubungi kita. Walau hari-hari ini dunia telah masuk ke era digital, kartu nama masih menempati kebutuhan penting dalam memperluas jejaring. Ia tak tergantikan sepenuhnya, bahkan masih dianggap mencitrakan lembaga pembuatnya.

 

Kedua, lakukan duplikasi.  Duplikasi adalah proses meniru langkah dan strategi orang-orang sukses yang berjaya pada bisnis yang sama untuk memperoleh jaringan bisnis dengan diiringi pengembangan keahlian dalam diri Anda. Dalam konteks zakat, OPZ yang ingin sukses bisa juga melakukan duplikasi pada OPZ lainnya agar ia punya gambaran yang  lebih utuh untuk meraih kesuksesan dan tak mengulangi sejumlah kesalahan yang dilakukan lembaga lain. Bila OPZ ingin agar proses duplikatnya berhasil, maka ia harus melakukan duplikasi dengan benar dan bertahap.

 

Ketiga, beri dukungan pada industri (komunitas). Sebuah komunitas, punya sistem yang lebih besar dari sebuah instrumen yang ada. Ibarat mata rantai kehidupan, komunitas ini adalah jejaring kompleks dari sebuah ekosistem. Ia menaungi satu makhluk dengan makhluk lainnya dalam sebuah lingkungan tertentu. Kemampuan lebih ini jelas akan sangat membantu setiap organisme yang ada. Sebuah OPZ akan memiliki peluang lebih besar bila mengikuti suatu perkumpulan atau organisasi. Bergabung dalam komunitas maupun perkumpulan merupakan cara yang dinilai efektif untuk membangun jejaring pengelolaan zakat di negeri ini. Hal ini juga akan sangat berguna manakala muncul tekanan atau hambatan pada organisasi. Melalui sebuah perkumpulan atau asosiasi zakat, OPZ juga memiliki peluang lebih besar untuk mengenal jejaring yang lebih luas dan bisa membantu mengembangkan organisasinya saat ini maupun nanti di masa yang akan datang. 

 

Keempat, seringlah sharing dan aktif berkomunikasi. Setiap OPZ pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Saat OPZ kita menguasai suatu bidang, maka usahakan dapat membaginya dengan yang lain. Karena sejatinya sharing atau berbagi tak akan pernah membuat lembaga kita merugi. Proses berbagi ini bisa dilakukan dalam banyak cara dan kesempatan, bisa dalam sebuah workshop, forum yang sifatnya online, social media dan dimanapun tempat yang memungkinkan bagi kita untuk berbagi dengan baik. Dengan begitu, kita akan membangun jaringan dengan pihak-pihak yang memiliki ketertarikan yang sama dengan apa yang kita bagikan. Saat ini, dunia kita juga tak lepas dari sosial media. Semua pihak dengan mudah terhubung lebih dekat melalui sosial media. Dengan sarana sosial media juga kita bisa sharing ilmu, pengetahuan, keterampilan dan kebaikan apa saja. Cobalah pula terus menjaring networking dengan pihak-pihak yang semakin luas, diluar jejaring yang sudah dimiliki. 

 

Kelima, serius bantu sesama. Membantu sesama bermanfaat ganda. Bisa memberi solusi atas masalah orang lain yang memerlukan plus membuat kita bisa lega secara psikologisnya. Membantu sesama membuat kita merasa memiliki sesuatu dan merasa ada yang membutuhkan. Perasaan ini amat besar dampaknya pada pikiran dan perasaan manusia secara umum. Karena bila manusia sudah tak merasa lagi dibutuhkan, ia akan mengalami depresi. Ia akan melakukan sesuatu yang berada diluar kontrol, baik dari sisi norma sosial maupun agama. 

 

Memberi bantuan ke jejaring OPZ, mitra atau jejaring lembaga serta ke para mustahik zakat yang memerlukan memang tidak mudah. Bahkan kadang justru kita menemui beberapa masalah yang tidak bisa diselesaikan sendiri. Dengan adanya jejaring dan pertemanan yang dibangun kita selama ini, maka bisa jadi banyak masalah bisa teratasi bersama.  Bila kita ingin lebih memperkuat OPZ kita, juga ingin menjadikan amil-amil kita bisa lebih hebat, maka sediakan waktu yang cukup untuk saling bantu dan saling memberi dukungan pada sesama dan jaringan yang kita miliki. Bila hal ini terus menerus dilakukan konsisten, maka secara otomatis kita dan OPZ kita akan terus tumbuh kuat dan saat yang sama semakin dicintai banyak pihak. 

 

Kembali ke soal topik bagaimana membangun sistem organisasi pengelola zakat (OPZ) yang efektif, maka sesungguhnya jawabannya tidak tunggal. Karena cara membangun sistem-nya pun kita tak bisa lagi tunggal. Kerjakan internal dulu, baru urusan eksternal. Yang diperlukan saat ini justru kemampuan lembaga untuk bisa bergerak secara paralel. Dan kuncinya ternyata ada pada kebersamaan. Kebersamaan menurut Ford, seperti yang dikutip di awal tulisan ini : “Kebersamaan adalah permulaan. Menjaga tetap bersama adalah kemajuan. Bekerja bersama adalah keberhasilan”.  

 

Hal tadi bukan omong kosong. Ketika semua baik-baik saja, kondisi ini belum terasa. Namun bila kita sampai pada sebuah situasi yang mengarah pada krisis serius, seperti adanya ancaman regulasi, ataupun ancaman lain yang bisa berujung terjadinya kebangkrutan lembaga, maka kita di saat itu sangat membutuhkan dukungan pihak lain. Orang-orang atau para pihak yang selama ini menjadi jejaring dan mitra kita akan terlihat pertemanan sejatinya ketika justru kita menghadapi masalah. 

 

Begitu pula yang harus kita lakukan mulai hari ini, membangun lembaga yang baik, harus tetap dilakukan paralel sambil terus berbagi dan peduli dengan banyak hal. Dengan terus membantu dan berkontribusi bagi banyak pihak yang membutuhkan, kita akan menempatkan posisi lembaga kita lebih baik dan seluruh pihak, termasuk siapapun yang ada di internal lembaga akan merasa lebih dihargai dan bisa turut serta membantu meningkatkan kesuksesan organisasi.

 

Bila kita bisa membangun kekuatan lembaga ini secara paralel, kita sejatinya sedang memperkuat jaringan bisnis yang kita miliki. Saat yang sama, jaringan ini sendiri akan terus membantu dan memberi kebaikan bagi OPZ kita. Maka situasi ini tentu saja akan berkontribusi pada terciptanya sistem untuk meningkatkan penghimpunan lembaga lebih baik lagi.  Dengan terus membuktikan kemampuan terbaik kita saat memberikan solusi bagi para dhuafa, kepercayaan publik juga akan terus meningkat dan semakin baik. 

 

Tentunya, sebagai sebuah kesimpulan, membangun organisasi yang baik, bukan hanya urusan perbaikan di internal OPZ saja, yang kadang terus menerus dilanda sejumlah kasus seperti soal  kerja sama antar karyawan, kondisi kerja yang kadang belum kondusif dan stabil, dan munculnya konflik-konflik internal sesama amil. Membangun organisasi yang baik, adalah salah satunya penciptaan lingkungan kerja yang baik, yang bisa mendukung para amil untuk bekerja dengan aman sekaligus juga nyaman. Produktivitas para amil pun akan lebih meningkat bila citra OPZ semakin positif di depan publik. Kondisi yang stabil ini bisa diciptakan secara paralel dengan memajukan urusan OPZ sekaligus berbuat banyak untuk komunitas atau asosiasi organisasi zakat seperti FOZ (Forum Zakat). Secara internal, OPZ bisa membuat suasana kantor lebih nyaman dan kondusif, secara eksternal terus berkontribusi bagi gerakan zakat Indonesia.

 

Semoga