Penulis: Nana Sudiana (Sekjend FOZ & Direksi IZI)
“Jalan kesabaran adalah jalan paling menentramkan” (Ustadz Faris BQ)
Urusan zakat hari ini, sejatinya bukan hanya urusan administratif semata. Ada sejumlah keputusan politik dan kekuasaan yang melingkupi keputusan dan tata kelola zakat di negeri ini. Keputusan yang berujung pada bentuk dan tata kelola zakat dapat berupa regulasi. Dan hal ini berjenjang terus dari undang-undang yang bersifat nasional, umum dan general, menjadi semakin sempit sekupnya, khusus dan terbatas.
Bagi amil, menjadi taat hukum, baik dari sisi syariah maupun legalitas hukum positif adalah sebuah pilihan utama. Aturan demi aturan yang ada dalam pengelolaan zakat dipatuhi lembaga-lembaga pengelola zakat. Para amil dan lembaganya juga tak pernah menyerah dan pantang mundur terhadap apapun dinamika dan putusan akhir terkait regulasi zakat yang kemudian diterapkan. Mereka semua sejak awal masuk ke dunia zakat sudah dengan matang menimbang resiko menjadi amil. Amil zakat disadari bersama merupakan “industri” baru yang masih sedang bertumbuh, jadi masih lebih banyak kekurangan daripada kelebihannya. Dengan begitu, seluruh input, masukan, aturan dan kebijakan bagi perbaikan dunia zakat, Insyaallah akan diikuti para amil zakat dan lembaganya.
Amil Yang Bergerak
Orang-orang yang masuk ke dunia zakat cukup beragam, namun secara karakter terbagi dalam dua besar, yakni pekerja zakat dan aktivis gerakan zakat. Pekerja zakat adalah orang-orang yang masuk dan bergabung dengan dunia zakat layaknya para pekerja pada umumnya di berbagai profesi. Ia datang, memenuhi kewajiban seorang pekerja dan selesai kerja pulang ke rumah. Ia digaji tiap bulan dan begitu tidak perform akan diakhiri posisi dan kedudukannya oleh manajemen pengelola lembaga zakat.
Adapun mereka yang tergolong aktivis gerakan zakat tentu saja berbeda. Mereka pekerja plus. Bekerja tidak sekedar memenuhi kewajiban dirinya sebagai pekerja, namun ia curahkan seluruh tenaga, waktu dan sumberdaya yang ia miliki untuk kemajuan gerakan zakat. Ada panggilan jiwa yang kuat bagi aktivis gerakan zakat untuk terlibat dan membangun dunia zakat. Mereka mengabdi bukan hanya bagi lembaganya tempat ia bernaung, namun juga bagi perkembangan dan kebaikan yang lebih luas dari gerakan zakat.
Aktivis gerakan atau dalam bahasa arab disebut “Harakah” jelas berbeda. Kata “Harakah” sendiri yang di dalam kamus bahasa Arab berasal dari kata “Haruka” yang memiliki arti lawan dari kata “diam” atau “tidak bergerak”. Di dalam bahasa umum “Harakah” berarti perpindahan tubuh dari satu tempat ke tempat tertentu menuju tempat lainnya. Hal tersebut menandakan adanya langkah-langkah dan usaha-usaha yang terus bergerak dari satu posisi menuju posisi yang lain atau dari satu keadaan menuju keadaan yang lain. Dari sini dapat difahami bahwa “Harakah Zakat” berarti langkah-langkah, usaha-usaha dan gerakan-gerakan yang bertujuan memperbaiki dan meningkatkan dunia zakat secara terus menerus sepanjang hayat.
Aktivis gerakan zakat sebenarnya manusia biasa. Setelah bertahun-tahun ia hidup dan berkhidmat untuk gerakan zakat, sebagian mereka memutuskan bergerak lebih jauh untuk tak sekedar menjaga dan mengembangkan eksistensi lembaganya, namun juga demi perbaikan gerakan zakat di negeri ini. Pertanyaan-nya kemudian, apakah hal ini mudah untuk dilakukan? Dan siapapun yang ada di ranah gerakan zakat tak ada yang mengatakan hal itu mudah. Ada banyak hal yang terjadi. Tak sedikit tantangan dan ujian yang muncul, dan terus muncul tak henti. Tapi bagi mereka yang punya nyali untuk berjuang, tentu saja tantangan yang ada tak menyurutkan langkah yang akan dihentakan ke depan.
Perjuangan gerakan zakat hari ini ibarat perjuangan biji Mangga. Kita semua tahu bagaimana perjuangan biji mangga untuk tumbuh. Biji Mangga yang seolah lunak dan terkungkung di dalam cangkang yang kokoh tentulah tidak mudah untuk menembusnya. Apalagi untuk jadi pohon besar yang kuat. Tapi biji Mangga tetap menjalani takdirnya, siang dan malam ia terus tak henti bergerak. Menyusun kekuatan mendesak titik terlemah cangkangnya yang kokoh. Tanah dan bebatuan sekitarnya menjadi saksi bahwa biji itu tak diam. Ia terus tumbuh, sedikit demi sedikit. Ia terus mendesak, bahkan tak hanya menembus cangkangnya yang kuat, ia juga perlahan menumbuhkan akar walau awalnya terlihat bak sehelai rambut yang lemah. Setiap hari ia terus bertumbuh. Membesar di segala usia dan musim yang terjadi. Entah hujan atau panas, entah dingin atau kemarau panjang, ia terus bergerak tumbuh.
Perjuangan yang dilakukan setahap demi setahap, walau sangat perlahan terlihat, ternyata terus membuahkan hasil. Akarnya yang diperjuangkan terlebih dahulu menjadi jaminan bahwa ketika ia menumbuhkan batang, ranting dan daun, ia bersedia menopangnya dan tak jatuh diterpa angin. Di tanah tempatnya berpijak, ia terus berjuang, bergerak dan menumbuhkan daun muda. Tunas yang awalnya kecil dan lemah, sejatinya adalah modal awal menjadi tanaman kokoh yang menjuntai menantang panas matahari.
Akar-akarnya yang terus tumbuh, percaya dengan baik bahwa tanah tempatnya berpijak bukan hanya mendukung ia tumbuh, tapi juga menjadi penyuplai kebutuhan nutrisi untuk ia menjadi kokoh. Ia juga percaya, sinar matahari yang panas dan angin yang berhembus keras adalah tempat ia menempa diri untuk terus menuju langit dengan semakin serius menumbuhkan dirinya semakin besar dan semakin besar setiap harinya.
Ia sadar, seluruh energi tumbuhnya bisa ia dapatkan dari sekelilingnya tempat ia berada. Dan satu persatu kelopak daunnya mulai terlihat. Indah, lembut, hijau ranum. Tapi masih lemah. Seiring waktu, tumbuhan kecil itu akan menjadi batang yang besar. Akan memberikan buahnya pada setiap musim bahkan di luar musim. Dan saat yang sama, rimbun dedaunannya akan memberi kesejukan bukan hanya untuk mereka yang berteduh, tapi juga bagi dunia.
Itulah gambaran para aktivis zakat, mereka akan ada dan terus ada. Menjaga nyala api kebaikan untuk menghangatkan dunia. Aktivis gerakan zakat akan terus bergerak secara sadar dan dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Kesadaran ini semakin kuat manakala mereka melihat dan memahami bahwa kondisi kaum muslimin kini masih belum tuntas dirundung masalah, seperti kemiskinan, kebodohan dan ketertinggalan. Perbaikan keadaan tak mungkin menunggu pertolongan dari umat Islam dari negeri lain. Padahal kita juga tahu, negeri-negeri yang ada di belahan dunia Islam kini sebagian besar telah pula terperosok dalam jurang masalahnya masing-masing yang seolah tanpa tepi.
Di saat seperti inilah, para aktivis zakat harus terus bergerak ditengah umat, memperingan beban yang ada dan memotivasi bahwa umat ini tak sendirian saat ditimpa masalah. Jadi, dalam situasi ini, gerakan zakat harus kuat dulu. Amilnya juga harus punya daya tahan yang kuat terhadap masalah-masalah yang timbul di internal-nya.
Dan ketika kita berbicara soal ketahanan untuk tetap bertahan di atas jalan kebaikan zakat, harus kita pahami bersama bahwa sebagaimana karakternya, jalan ini bukanlah jalan dipenuhi oleh “bunga-bunga” pujian. Jalan kebaikan ini pun bukanlah jalan yang dipenuhi dengan kemudahan, bahkan mungkin akan ada banyak kesulitan, fitnah dan tekanan. Oleh karena itu, diperlukan ketahanan internal yang kuat, karena jalan ini merupakan jalan yang panjang. Bisa jadi, seorang aktivis gerakan zakat tidak merasakan “buah” perjuangannya di dunia ini karena singkatnya umur yang ia miliki.
Jalan ini sekali lagi jalan teramat panjang, umur kita bisa jadi tidak sebanding dengan panjangnya cita-cita yang dibawa dalam misi kebaikan in. Tetapi, dibalik semua kesabaran dalam menghadapi cobaan, dibalik kesabaran menghadapi fitnah dan dibalik kesabaran atas kelelahan karena berjuang dalam waktu yang panjang. Allah SWT telah menyiapkan balasan yang setimpal. Yaitu, surga dan seisinya:
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka” (QS. At-Taubah : 111).
Hidup adalah Perbuatan
Hidup adalah amal. Tanpa ada amal kita tak berhak menjalani hidup. Tanpa amal hidup akan hampa layaknya tongkat kayu yang tertancap di tanah, membusuk perlahan dan jatuh kala di makan rayap. Hidup adalah amal, dan amalnya jelas amal yang baik dan bermanfaat bagi manusia dan makhluk Allah lainnya. Ketika sudah mulai berbuat baik, maka ketika itu pula lah harus kita terus pertahankan.
Dan memang tidak mudah untuk bertahan di jalan kebaikan, karena itulah Allah SWT telah menyiapkan balasan yang besar bagi siapa saja yang dengan tulus ikhlas tetap istiqamah berjuang di jalan kebaikan yang Allah ridhai. Allah SWT telah menyiapkan surga untuk mereka yang dengan ikhlas menginfaqkan harta dan jiwanya dijalan kebaikan ini.
Di dunia amil zakat sendiri ternyata tidak sedikit, mereka yang awalnya berjuang bersama di jalan kebaikan zakat ini akhirnya harus minggir dan menepi bahkan berhenti memperjuangkannya. Mereka bisa jadi berubah sikap dan sebagiannya tidak sanggup untuk bertahan atas cobaan yang ada di jalan ini. Belum lagi ada godaan kekuasaan atau jabatan yang dulunya belum pernah ia bayangkan.
Mereka yang memutuskan diri berhenti dan tak ikut kafilah gerakan zakat barangkali bisa disebut dengan istilah futur. Ada yang harus futur karena alasan tidak sanggup akan cobaan berupa kesulitan-kesulitan tapi, tidak sedikit yang harus insilakh (keluar) dari gerakan zakat karena cobaan yang berupa kenikmatan. Ketika jalan kebaikan yang disemai gerakan zakat pada akhirnya telah masuk pada pusat-pusat kekuasaan. Dan saat harta, tahta dan jabatan begitu mudah untuk didapatkan, maka bukan tidak mungkin para aktivis gerakan zakat yang sebelumnya lurus berjuang untuk kebaikan umat dan bangsa, malah justru terlena oleh godaan-godaan tadi. Bisa jadi para aktivis gerakan, bahkan mungkin mereka yang telah berjuluk “ahlinya ahli, intinya inti dan core of the core” gerakan zakat berubah orientasinya. atau ak pelak, orientasi pun menjadi berubah.
Di sejumlah sejarah pergerakan, banyak aktivisnya yang kuat dan mampu bertahan dalam kekurangan, kemiskinan, tekanan hidup dan ancaman dari kekuasaan. Namun justru begitu muncul godaan kenikmatan, panjangnya perjuangan dan pedih perihnya proses yang dilalui, seolah begitu saja dilupakan.
Lebih parahnya justru, ketika para aktivis gerakan ini berubah orientasinya dan mulai menikmati arus kehidupan baru yang ia jalani, ia malah mempengaruhi aktivis lainnya untuk bergabung dan menjadi bagiannya. Akhirnya sebuah gerakan kebaikan apapun, akan terbelah bila tak ada ketahanan visi dan gerakan di dalam diri para aktivisnya. Situasi yang ada, bukan hanya akan merusak citra gerakan, namun juga akan memobilisasi orang-orang yang masih ingin lurus dan terus berjuang. Oleh karena itulah, mari kita renungkan lagi firman Allah SWT berikut ini:
“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun…” (QS. Al-Mulk : 1- 2)
Yang mesti kita pahami bersama, sejatinya ujian dan cobaan yang diberikan oleh Allah SWT adalah “screening” atau seleksi untuk membuktikan siapakah di antara hamba-Nya yang memiliki kualitas amal terbaik. Dan di surat lain, Allah SWT juga menegaskan bahwa ujian dan cobaan yang diberikan itu untuk membuktikan keimanan seseorang.
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al-Baqarah: 214)