Kejujuran seorang amil zakat sudah tidak diragukan lagi, dan bahkan telah diuji dengan berlapis-lapis. Hal tersebut dikatakan Prof. Dr. Agus Sartono, Deputi bidang Pendidikan dan Agama di Kementerian Koordinasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) saat menghadiri halal bihalal Forum Zakat, jumat (5/7) di Jakarta.
Menurutnya seorang amil sudah diuji di dunia dan akhirat kelak, “Pertama, sudah diaudit secara administrative oleh lembaga yang berwenang. Dan Kedua, juga diaudit oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai bentuk pertanggung jawaban di akhirat kelak.
Hal yang perlu menjadi fokus bagi seorang amil ialah setidaknya kewajiban zakatnya itu gugur untuk para muzakki. Tugas kita membuat bagaimana cara agar mempermudah proses penghimpunan zakat. Terkait hal ini, harus mulai beradaptasi di era digital.
zakat ini secara tidak langsung membantu tanggung jawab pemerintah dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya. Sebagai contoh banyak tahfidz yang tidak bisa mengakses pendidikan. Kemudian, lahirlah beasiswa kader surau untuk para santri yang berprestasi agar bisa berkuliah.
“Harapannya forum zakat dengan anggotanya bisa menciptakan solusi untuk anak-anak semacam ini agar bisa mengakses pendidikan.”tambahnya. Salah satunya dengan memberikan afimasi untuk santri yang berprestasi. Sehingga, kalau kualitas SDMnya bagus harapannya bisa mengentaskan kemiskinan.
Senada dengan Prof Agus Sartono, ketua Forum Zakat Bambang Suherman diperlukan pendekatan yang berbeda untuk menyiarkan zakat. Alat ukur sederhana untuk mengetahui dinamika zakat di Indonesia yaitu dengan transaksi.
“Transaksi zakat saat cenderung menggunakan transaksi digital. Hal ini menjadi tantangan untuk dunia zakat beradaptasi dengan dunia digital” tambahnya.
Menurut Bambang Suherman, sudah menjadi kewajiban dan sedang dilaksanakan oleh Forum zakat sebagai asosiasi organisasi lembaga zakat di Indonesia, untuk memfasilitasi sosialisai tetang zakat ini. “Oleh karena itu, marilah kita perkuat kapasitas kita untuk melakukan hal tersebut.” Katanya.