Potensi Ibadah Qurban Sebagai Ketahanan Pangan Ditengah Pandemi Covid-19

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
oleh: Irvan Nugraha, Chief Marketing Officer Rumah Zakat & Pengurus Bidang III Forum Zakat

 

Dunia saat ini sedang sama-sama berjuang menghadapi Covid-19. Sampai dengan hari Senin, 20 Juli 2020, kasus positif di dunia terkonfirmasi sebanyak 14.348.858 jiwa dan sudah tersebar di 216 negara. Di Indonesia, seperti yang disampaikan oleh Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto mengungkapkan kasus positif pada hari yang sama terkonfirmasi sebanyak 88.214 orang.

Di masa pandemi ini, negara menghadapai dua tantangan besar yaitu menurunkan angka penyebaran virus covid-19 dan pemulihan ekonomi Indonesia. Perekonomian merupakan salah satu sektor yang terdampak dari pandemi bahkan terancam terjadinya resesi ekonomi. Keadaan ini berdampak pada tingkat pengangguran yang bertambah, bahkan Menteri PPN, Suharso Monoarfa menyampaikan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) nasional berpotensi mencapai 10,7 juta sampai 12,7 juta orang pada tahun 2021.

Situasi ini akan berpengaruh terhadap kelangsungan kehidupan sehari-hari masyarakat, salah satunya yaitu ketahanan pangan. Ketahanan pangan merupakan hal penting yang harus kita soroti selain kesehatan, karena pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, sedangkan di masa pandemi seperti ini, PHK terjadi dimana-mana, para pengusaha mengalami kebangkrutan dimana-mana dan secara otomatis akan mendorong naik angka kemiskinan. Menurut SMERU Research Institute, skenario paling buruk sebagai akibat dari pandemi ini, yaitu penduduk miskin bertambah menjadi 33,24 juta orang.

 

 

Ketahanan pangan ini sudah tentu menjadi tugas kita bersama, tidak memandang agama, status maupun suku bangsa. Hal ini bertepatan dengan ibadah Kurban yang akan segera disambut oleh umat muslim dan menjadi salah satu keutamaan di bulan Dzulhijjah. Ibadah kurban merupakan ritual ibadah umat muslim yang tidak hanya dapat dilihat dari aspek spiritual namun dapat menjadi ketahanan pangan serta potensi ekonomi yang dapat menggerakan roda ekonomi masyarakat Indonesia.

Potensi ekonomi dari kurban ini disampaikan oleh IDEAS dapat bernilai 20,3 Triliun rupiah dengan potensi 2,3 juta hewan ternak yang akan disembelih atau setara dengan 117 Ribu ton daging.  Disampaikan pula bahwa angka diatas masih dapat meningkat apabila edukasi kurban dilakukan secara masif. Sehingga dapat lebih banyak umat muslim yang melaksanakan ibadah kurban.

Hal ini merupakan kabar baik bagi bangsa Indonesia yang sedang berupaya menjaga perekonomian negara dari ancaman resesi. Selain itu, Indonesia juga masih mempunyai pekerjaan besar yaitu menurunkan angka penyebaran virus Covid-19 yang masih terus meningkat, artinya pelaksanaan ibadah kurban perlu memperhatikan protokoler kesehatan Covid-19. Rumah Zakat sebagai bagian dari bangsa ini tentunya berupaya turut menjadi solusi untuk menggerakan potensi ekonomi kurban dengan pelaksanaan pengelolaan kurban sesuai protokoler kesehatan untuk pencegahan penyebaran Covid-19.

Program kurban Rumah Zakat tahun ini menghadirkan Superqurban dan Desaku Berqurban sebagai bagian dari upaya untuk ikut serta menggerakan roda ekonomi di masa pandemi Covid-19 ini. Dari potensi 2,3 juta masyarakat muslim yang dapat menunaikan ibadah kurban ditahun ini, Rumah Zakat menargetkan minimal 25 ribu yang dapat ikut serta berpatisipasi dalam program kurban Rumah Zakat.

Superqurban adalah optimalisasi ibadah kurban dengan mengolah dan mengemas daging kurban dalam bentuk kornet dan rendang. Rumah Zakat berupaya dari potensi 117 Ribu ton daging kurban yang akan dihasilkan di kurban tahun ini, sekitar 120- 150 ton dapat menjadi salah satu program ketahanan pangan Indonesia di masa pandemi ini. Angka tersebut dapat bergerak naik seiring dengan peningkatan partisipasi superqurban ditahun ini. Selain itu, superqurban disiapkan sebagai upaya dalam menghadapi musim kemarau yang berpotensi menurunkan angka produksi pangan Indonesia.

Program kurban Rumah Zakat selanjutnya yaitu Desaku Berqurban, merupakan upaya rekayasa memindahkan distribusi daging kurban dari wilayah surplus (kelebihan) daging kurbang ke defisit (kekurangan) daging kurban. Hal ini didukung oleh jumlah angka kemiskinan saat ini yang paling tinggi berada di perdesaan. Hal ini membuktikan bahwa program kurban Rumah Zakat dalam pendistribusiaannya mengupayakan aspek pemerataan dan kebutuhan pangan dikemudian hari.

Ibadah kurban yang dilaksanakan di bulan Dzulhijjah menjadi salah satu keistimewaan yang ada di bulan tersebut. Pandemi juga mengakibatkan sebagian masyarakat mengalami penurunan penghasilan, akibatnya ditahun ini belum dapat melaksanakan ibadah kurban. Lalu bagaimana cara mereka jika ingin tetap mendapatkan pahala di 10 hari pertama bulan dzulhijjah?

Rumah Zakat menghadirkan kesempatan untuk tetap menjalankan peningkatan ibadah di 10 hari pertama bulan dzulhijjah dengan program sedekah pangan melalui link https://www.rumahzakat.org/donasi/#sedekah-pangan.

Selain itu, Rumah Zakat juga memberikan peluang bagi masyarakat untuk terlibat dalam program duta kurban. Masyarakat dapat dengan mudah ikut mendaftar ke https://dutaqurban.rumahzakat.org/

Semoga keikhlasan umat muslim dalam menjalankan ibadah kurban dan bersedekah menghadirkan rahmat bagi Indonesia. Aamiin

 

Sumber:

https://www.smeru.or.id/id/content/estimasi-dampak-pandemi-covid-19-pada-tingkat-kemiskinan-di-indonesia

https://www.republika.id/posts/8604/potensi-ekonomi-kurban-rp-205-triliun

Info program kurban Rumah Zakat : https://www.rumahzakat.org/superqurban