Qurban yang menyadarkan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp

Forumzakat – Sama sekali tak pernah terfikir di benak Hendri. Langkahnya ke Desa Hutasalem membuatnya harus tinggal dan mengabdi disana. Kampung ini terletak di Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir. Sekitar 8 km dari pinggiran Danau Toba.

Dahulu kawasan ini adalah tempat pembuangan pengidap kusta dari seluruh Indonesia. Tahun 1912 pemerintah Hindia Belanda mendirikan rumah sakit di Hutasalem. Konon penderita kusta dianggap mengidap penyakit kutukan yang tak ada obatnya. Tak jarang penderitanya dibakar hidup-hidup atau dibuang oleh masyarakatnya.

Awal berdirinya, rumah sakit ini dikelola orang Jerman. Setelah merdeka, tahun 1965 diambil alih pemerintah. Tahun 2012 WHO menyatakan Indonesia bebas kusta. Rumah sakit ini ditutup. Kini bangunannya terbiar kosong bagai rumah hantu.

Penyakit kusta menyebabkan masyarakat Hutasalem rendah diri. Perasaan terusir dari kampung halaman masih menghantui. Bermacam-macam suku tinggal disini. Aceh, Minang, Jawa, Banten, Sunda hingga Bugis.

Kedatangan Hendri Hasibuan awalnya ingin menjenguk keluarga yang sakit kusta. Hendri alumni Pesantren Politeknik Gunung Tua, Kabupaten Padang Lawas Utara. Hati kecilnya terpanggil untuk menyemangati masyarakat supaya ‘move on’. Kusta sudah usai. Saatnya menatap masa depan.

Ternyata sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Ia kecantol dengan gadis tempatan dan menikah. Dulu, pekerjaannya pernah menjadi tenaga honor di rumah sakit kusta selama 10 tahun.

Kecintaannya pada agama membawa dirinya ingin mengenal masyarakat lebih luas. Tak hanya Hutasalem, kampung lain pun ia sambangi. Setelah rumah sakit tutup, kementerian agama meliriknya untuk menjadi penyuluh di Hutasalem.

Sejak 2015, Ulil Albab yang merupakan anggota Forum Zakat memilih Ustadz Hendri untuk menjadi mitra penyalur qurban di Toba Samosir. Bermula dari 4 ekor kambing, meningkat menjadi 28 ekor. Qurban terakhir 2019 lalu, 32 ekor tersebar ke seluruh Kabupaten Tobasa.

“Masuknya Ulil Albab membuat masyarakat kami sadar pentingnya qurban,” kata Hendri. Setahun setelah Ulil Albab masuk, 2 orang tempatan terpangil untuk qurban. Hingga 2019, sejumlah 14 orang tempatan telah berqurban dikampungnya. (*)