Recovery Bencana Dan Iman Kita

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp

KEBANYAKAN orang memandang, manusia dan alam semesta masing-masing berdiri sendiri. Padahal, ada hubungan yang sangat erat dan penuh makna antara manusia dan alam semesta. Manusia adalah makhluk hidup yang memiliki ikatan abadi dengan seluruh dimensi alam. Seluruh bagian dan gerakan di alam memiliki hubungan satu dengan yang lain.

Secara esensial, manusia dan alam memiliki satu keterpaduan. Sebab, alam adalah jagat dari diri manusia itu sendiri. Manusia adalah jagat kecil atau mikrokosmos dan alam semesta adalah makrokosmos. Manusia adalah satu-satunya makhluk di alam yang memiliki kapasitas untuk menyandang predikat khalifah Tuhan di muka bumi. Makhluk dengan kedudukan agung ini akan sangat merugi jika mencintai dunia secara berlebihan dan melalaikan posisi tingginya di jagad raya ini.

Allah berfirman kepada para malaikat ketika akan menciptakan Adam, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” (Al-Baqarah:30).

Banyak kaum muslimin yang keliru dalam memahami ayat ini, yakni sebagai wakil atau pengganti Allah dalam mengurus bumi. Makna khalifah yang benar adalah kaum yang akan menggantikan satu sama lain, kurun demi kurun, dan generasi demi generasi, demikian penjelasan dalam ringkasan Tafsir Ibnu Katsir.

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”. Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”(Al-Baqarah:30)

Allah SWT memberitahukan ihwal pemberian karunia kepada Bani Adam dan penghormatan kepada mereka dengan membicarakan mereka di al-Mala’ul Ala sebelum mereka diciptakan. Allah berfirman, “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat.” Maksudnya, Hai Muhammad, ceritakanlah hal itu kepada kaummu.” “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi,” yakni suatu kaum yang akan menggantikan satu sama lain, kurun demi kurun, dan generasi demi generasi, sebagaimana Allah berfirman, “Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi.” (Fathir: 39).

Berkaitan dengan ayat, “Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi orang yang akan membuat kerusakan padanya,” Seolah-olah malaikat memberitahukan kepada Allah bahwa apabila di bumi ada makhluk, maka mereka akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah di sana. Perkataan malaikat ini bukanlah sebagai bantahan kepada Allah sebagaimana diduga orang, karena malaikat disifati Allah sebagai makhluk yang tidak dapat menanyakan apa pun yang tidak diizinkan-Nya. Para malaikat khawatir atas kisah kerusakan bumi di masa sebelumnya.
***

Sudah menjadi kebiasaan, biasanya berbondong-bondonglah para pejabat, dari kepala daerah hingga presiden, mendatangi daerah yang dilanda bencana. Ucapan yang biasanya dilontarkan mereka kepada warga yang sedang terkena bencana, “Sabar, tabah, tawakkal, wahai rakyatku,” yang pada intinya mengimbau agar korban bersabar dalam menghadapi bencana.

Mari baca sejarah pada zaman Khalifah Umar bin Khaththab. Kala itu  juga pernah terjadi bencana berupa gempa dahsyat yang menimpa salah satu daerah yang dipimpinnya. Khalifah Umar mengunjungi daerah yang tertimpa gempa tersebut. Tetapi yang diucapkan Umar sangat berbeda dengan para pemimpin sekarang. Khalifah Umar berkata, “Wahai rakyatku, dosa besar apakah yang kalian lakukan sehingga Allah menimpakan azab seperti ini?”

Sebagian orang mungkin akan berpikir bahwa ucapan itu sangatlah kasar dan melukai perasaan, apalagi kepada orang yang sedang tertimpa musibah. Tetapi, Khalifah Umar berkata demikian bukanlah tanpa sebab. Umar bin Khaththab lebih mengajak rakyatnya agar mengintrospeksi diri, dan inilah yang seharusnya kita lakukan.

Dalam Al-Qur’an Surat Hud ayat 109, Allah berfirman: “Dan Rabbmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedangkan penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.” Kemudian dalam Surat Al-Qashash ayat 59: “… dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota, kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman.”

Sudah saatnya kita recovery iman kita. Seiring dengan recovery bencana yang dilakukan oleh banyak relawan kita yang tergabung dalam lembaga amil zakat maupun misi kemanusiaan lainnya. Para relawan adalah orang terdepan yang paling cepat mengambil hikmah, mereka berada di lapangan, ber-tadabbur langsung dengan bencana yang Allah berikan kepada manusia. Apapun yang terjadi, mengambil hikmah dan mempertebal iman takwa kita, itu yang harus dilakukan di jaman padat bencana ini.[]