Di inisiasi oleh 12 lembaga Islam di antaranya adalah Dompet Dhuafa, MUI, ICMI, Forum Saling Sapa, Baznas, Rumah Zakat dan PPPA. Selain itu, ada ESQ 165, Masyarakat Ekonomi Syariah, Sinergi Foundation, IZI dan Forum Zakat, maka diadakanlah Halalbihalal Akbar.
Acara tersebut diadakan untuk meningkatkan tali persaudaraan, kerja sama, dan sinergi. Terlebih, dapat meningkatkan kepedulian umat Islam terhadap persoalan bersama seperti kemiskinan, pendidikan, keterbelakangan dan ketertinggalan umat di berbagai bidang. “Melalui sinergi tokoh-tokoh Islam diharapkan akan mengantarkan umat kepada gerbang kebangkitan dan kemandirian bangsa” kata Ketua Panitia Halalbihalal Akbar, Ahmad Juwaini.
Pada acara ini, beberapa tokoh Muslim hadir di antaranya adalah Presiden Ketiga RI Bacharuddin Jusuf Habibie, mantan Ketua MPR RI Amien Rais, mantan Ketua DPR Akbar Tanjung, Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid; Ketua Umum ICMI, Jimly Asshiddiqie, pendiri Pondok Pesantren Daarul Qur’an, Ustaz Yusuf Mansur, pelantun lagu religi, Opick, dan sejumlah tokoh Islam lainnya. Kurang lebih dari 100 tokoh nasional.
Jimly Asshiddiqie mengatakan acara tersebut tidak ada unsur politik. Pasalnya, organsisasi perlu sinergi, meski terkadang ada yang menjadikan dengan tujuan lain. Maka perlu ada sinergi yang menjadi tradisi baru, sehingga organisasi ini, jangan dikaitkan dengan politik praktis karena sudah ada yang mengurus. Pasalnya, politik ajang memecah belah.
Dia menyebutkan, politik diurus oleh partai, bukan organisasi. Meski demikian, Jimly pada kesempatan sama juga memberikan respons soal keputusan reshuffle II yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Menurutnya, hal terbaik adalah mendoakan para menteri yang baru dilantik agar sukses menjalankan amanah dan juga yang telah selesai menjalankan amanat.
Jimly menilai hal yang wajar jika ada yang merasa puas dan tidak puas. Namun harus diingatkan jabatan bukan segalanya-galanya. Maka bagi yang mendapat amanah tidak perlu melakukan syukuran besar-besaran. Sedangkan yang diganti tidak perlu bersedih selama seminggu. Pasalnya, jabatan bukan sarana menuju kemuliaan. “Jika tidak ada kedudukan, tidak menjadi masalah. Kedudukan jangan dijadikan cita -cita karena bukan segala-galanya,” ujar dia.