Sekitar 22% populasi global adalah Muslim, dengan 13% di antaranya berada di Indonesia. Apabila dihitung potensi global dari zakat seluruh dunia per tahun diperkirakan $200 miliar – $1 triliun. Namun penghimpunan ZIS itu di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan, rata-rata tahunan Penghimpunan ZIS (2002-2016); dengan Pertumbuhan GDP 5,42%.
Demikian disampaikan Greget Kalla Buana, Innovative Financing Lab UNDP, menyampaikan presentasinya berjudul Potensi Islamic Finance dalam Pencapaian SDGs di Indonesia pada Indonesia Zakat Summit 2018 di Hotel Horison, Bandung (20/12/2018).
Greget mengatakan, Dunia membutuhkan $2.5 triliun lagi untuk merealisasikan SDG (UCTAD, 2014. World Investment Report 2014 – Investing in the SDGs). Sementara situasi di Indonesia Pembiayaan pemerintah tidak cukup sehingga mendorong adanya peran serta filantropi dan keuangan sosial yang lebih efektif.
“Maka diperlukan berbagai instrumen keuangan Islam lainnya. Hal itu menawarkan peluang pembiayaan pembangunan yang juga bertanggung jawab secara sosial,” terang Greget.
Karena itu, lanjutnya, UNDP dapat membantu meningkatkan kapabilitas dan jejaring organisasi keuangan Islam dalam rangka mewujudkan keuangan yang inklusif dan solidaritas sosial.
Greget mencontohkan, program UNDP Nepal mendirikan Micro-E nterprise Development Programme (MEDP), menciptakan lebih dari 119.085 UMKM baru dan 187.358 pekerjaan sejak 1998.
Di Indonesia, ia tertarik dengan data Baznas; Rata-rata kenaikan pendapatan bulanan mustahik (Rp2,8-Rp3,5 juta) setelah menerima program zakat (Baznas, 2016).
“Artinya zakat semestinya dipahami sebagai upaya positif untuk pencegahan kemiskinan (bukan pengentasan kemiskinan). Institusionalisasi zakat dapat mengatasi orientasi individual,
informal, interpersonal dari para muzakki. Perluasan akses ke unbanked segment, meningkatkan efektivitas lembaga-lembaga zakat,” jelas Greget.