Forum Zakat – Zakat Enrichment and Idea eXchange (ZEDX) Chapter Kemenag yang digelar oleh Sekolah Amil Indonesia akhir Agustus lalu, Rumah Amal Salman menjadi salah satu lembaga zakat yang membagikan praktik baiknya. Dengan tema besar “Parade of Ideas and Practices to Accelerate Indonesian Zakat Management”, acara ini mempertemukan berbagai lembaga zakat untuk saling berbagi strategi, inovasi, dan inspirasi dalam pengelolaan zakat nasional.
Salah satu cerita inspiratif datang dari Rumah Amal Salman, lembaga filantropi yang lahir dari sebuah gerakan lokal di Masjid Salman ITB, Bandung, dan kini menjelma menjadi gerakan berskala nasional. Rumah Amal Salman memfokuskan pengelolaannya pada bidang pendidikan dan teknologi, dengan tujuan besar membangun peradaban melalui zakat.
Menjawab Tantangan Akses Pendidikan: Kisah Sahida dari Kulonprogo
Di tengah realitas sosial yang menunjukkan bahwa 28% keluarga Indonesia masih tergolong prasejahtera (BPS, 2023), Rumah Amal Salman hadir dengan pendekatan berbasis empati dan pemberdayaan. Salah satu kisah penerima manfaat yang diangkat adalah Sahida, seorang pelajar asal Kulonprogo, DIY. Terlahir dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi dan akses pendidikan, Sahida tetap menunjukkan prestasi akademik yang luar biasa hingga akhirnya berhasil lolos ke perguruan tinggi negeri.
Cerita Sahida bukanlah satu-satunya. Ribuan pelajar dari berbagai penjuru negeri telah terbantu oleh program-program Rumah Amal Salman, khususnya melalui inisiatif unggulan mereka: Program Beasiswa Perintis.
Program Beasiswa Perintis: Dari Jawa Barat untuk Indonesia
Diluncurkan pada tahun 2010, Beasiswa Perintis merupakan program pendidikan yang menyasar siswa kelas 12 dari keluarga miskin namun memiliki prestasi dan motivasi tinggi. Program ini dimulai dengan 100 peserta di Jawa Barat dan kini telah menjangkau seluruh Indonesia.
Dengan sistem pembinaan intensif, mulai dari learning camp, pelatihan UTBK, hingga pendampingan masuk perguruan tinggi, program ini berhasil mencetak ribuan penerima manfaat dari 34 provinsi. Selain itu, ratusan ribu siswa telah mengikuti try out UTBK yang diselenggarakan secara terbuka sebagai bagian dari kontribusi pendidikan nasional.
Inilah yang disebut Bapak Syachrial selaku Direktur Utama Rumah Amal Salman sebagai gerakan “From Local to Nation”, dari satu masjid di Bandung, menuju gerakan nasional yang memberdayakan pendidikan dan teknologi serta penguatan kelembagaan dan kolaborasi untuk membangun peradaban.
Dampak Sosial dan Kolaborasi, Saat Zakat Menjawab Krisis Kemanusiaan
Tak hanya di bidang pendidikan, Rumah Amal Salman juga menunjukkan ketanggapan sosial melalui inovasi di masa pandemi. Pada tahun 2020, mereka menggagas program Vent-I, sebuah inisiatif kolaboratif untuk pengadaan ventilator lokal bagi rumah sakit yang mengalami krisis alat bantu napas.
Dalam kurun April hingga Desember 2020, mereka berhasil menghimpun lebih dari Rp12 miliar, yang kemudian disalurkan ke berbagai fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia. Program ini tidak lepas dari kolaborasi erat dengan donatur institusi, komunitas, hingga individu, menandai bagaimana zakat dapat menjadi solusi nyata dalam kondisi darurat.
Rumah Amal Salman menegaskan bahwa program yang berdampak memerlukan pijakan lembaga yang kuat, serta komitmen untuk terus bertransformasi dalam menjawab tantangan zaman. Di era digital dan kompleksitas sosial saat ini, pendekatan zakat tidak cukup hanya bersifat karitatif, tetapi harus strategis, kolaboratif, dan berbasis data.
“Program yang berdampak diperlukan pijakan lembaga yang kuat yang terus transformasi.”
Rumah Amal Salman dan Masa Depan Zakat Indonesia
Rumah Amal Salman menjadi contoh bagaimana pengelolaan zakat berbasis pendidikan dan teknologi mampu menciptakan perubahan nyata. Dari Bandung ke seluruh penjuru negeri, langkah-langkah mereka membuktikan bahwa gerakan zakat lokal bisa tumbuh menjadi kekuatan nasional melalui nilai-nilai kolaborasi, inovasi, dan keberlanjutan sebagai pilar utamanya.
Melalui acara seperti ZEDX dan keterlibatan aktif di Forum Zakat, praktik baik dari Rumah Amal Salman dapat menjadi inspirasi bagi pengelola zakat lain di Indonesia. Jika lebih banyak lembaga mengikuti jejak serupa, cita-cita besar menuju Indonesia Emas 2045 melalui penguatan SDM bisa menjadi nyata.