3,5% Makanan Berlebih Restoran Di Jakarta Terbuang

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
3,5% Makanan Berlebih Restoran Di Jakarta Terbuang

Berdasarkan riset yang dilakukan Aksamala Foundation, yang merupakan lembaga yang konsen dengan pemberdayaan petani dan ketahanan pangan. Terungkap bahwa Sebanyak 72 persen restoran di Jakarta memiliki kelebihan makanan yang tidak terjual setiap harinya. Sayangnya, 35 persen di antaranya membuang kelebihan makanan tersebut.

Dalam riset yang dilakukan terhadap 100 restoran di lima wilayah di DKI Jakarta tersbut,  ditemukan bahwa 60% jumlah makanan yang dibuang berkisar 1 -5 kg. Jika dirata-ratakan jumlah yang terbuang adalah 2-3 kilogram/hari/restoran.

Namun memang terdapat sebanyak 40 persen yang mendonasikan kelebihan makanan. Namun, donasi ini sebagian besar ditujukan kepada karyawan yang bekerja di restoran tersebut. Kondisi ini menurutnya sangat memprihatinkan mengingat masih banyak masyarakat yang mengalami kelaparan atau kekurangan makanan.

Iqlima Safitri yang merupakan peneliti Aksamala mengatakan, perlu adanya upaya untuk menyalurkan kelebihan pangan kepada pihak yang masih kekurangan pangan. Khusunya kelebihan pangan di sektor restoran dan jenis usaha makanan serta minuman lainnya. “Perlu gerakan efisiensi “menangani dan mengonsumsi pangan” mengingat banyaknya pangan mubazir,” tukasnya.

Iqlima menambahkan, program serupa sudah dilakukan dan berhasil mewujudkan ketahanan pangan di negara-negara maju seperti Bahama dan Philadelpia. Program dari Hands for Hunger, sebuah LSM di negara kepulauan dengan 700 lebih pulau, Bahama, mengusung program bertema pengurangan sisa makanan dan menuntaskan kelaparan dengan cara mengambil makanan fresh dan tinggi kualitas yang sudah disisihkan untuk dibagikan kepada anak-anak yang kelaparan, penduduk dengan pendapatan rendah, gelandangan, kaum disabilitas, kelompok wanita yang mengalami kekerasan, dan pasien-pasien kejiwaan. “Donor program ini adalah restoran, hotel, toko penjual makanan, dan petani,” katanya.

Survei dilakukan pada 100 sampel restoran yang tersebar di 5 kota DKI Jakarta dari restoran skala besar, menengah, dan kecil pada 23-27 Juni 2016. Sebanyak 81% sampel adalah restoran nusantara dan 19% lainnya restoran asing. Jenis restoran nusantara yang termasuk sampel ini adalah 51% Jawa, 17% Padang, 9% Sunda, 6% Makassar, dan 17% lainnya yang meliputi Betawi, campuran, Manado, Lombok, dll. Sedangkan, jenis restoran asing meliputi Cina 27%, Amerika 21%, Jepang 21%, Korea 5%, Thailand 5%, dan lainnya 16%.

Hoka-Hoka Bento, KFC, Mc Donal, D’Cost, Bebek Kaliyo dan masih banyak restoran besar lainnya termasuk dalam sampel kali ini. “Survei berlangsung selama bulan Juni 2016, dengan metode pengisian kuesioner dan wawancara langsung dengan pengelola restoran/rumah makan,” jelas Iqlima.

Hampir 70% restoran menjual 4-5 jenis item makanan yaitu nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur, dan aneka minuman. Sebanyak 39% sampel memproduksi nasi 10-20 kg per hari, sementara 34% kurang dari 10 kg per hari. Hanya 7% yang memproduksi nasi lebih dari 40 kg/hari dan 4% memproduksi 20-30 kg/hari. Sedangkan untuk data lauk hewani menyebutkan trend untuk produksi lauk hewani per hari hanya 0-3 kg.

“Berdasarkan data jumlah produksi nasi dan lauk hewani, kita bandingkan dengan banyaknya restoran yang memiliki kelebihan makanan dari jumlah produksinya,” tukas Iqlima.