PATI–Lajnah Ta’lif Wan Nasyr (LTN) PCNU Pati bekerjasama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa Program Pengembangan Masyarakat Islam (BEM PMI) Institut Pesantren Mathaliul Falah (IPMAFA) Pati, dan Library Corner IPMAFA mengadakan bedah buku Menatap Masa Depan NU, Selasa (9/2). Buku itu ditulis oleh Dr. Jamal Ma’mur, MA.
Pengurus LTN yang juga Kaprodi PMI Ipmafa, Faiz Aminuddin, MA. mengatakan, kader-kader muda NU harus mengetahui latar historis berdirinya NU supaya tidak mudah diombang-ambingkan oleh informasi distortif saat ini, khususnya di tengah massifnya ekspansi paham radikalisme.
“Bedah buku ini dalam rangka mengkaji sejarah terbentuknya NU yang diinisiasi oleh Hadlratussyekh KH. M. Hasyim Asy’ari, KH. Abdul Wahab Hazbullah, dan KH. Bisyri Syansuri. Bedah buku ini membidik tema revitalisasi nahdlatut tujjar untuk membangkitkan spirit kemandirian ekonomi warga NU,” lanjut pengasuh PP. Shofa Az-Zahra Gembong Pati ini.
Dr. Jamal Ma’mur, MA, penulis buku mengatakan, ulama-ulama NU adalah sosok yang memahamai agama secara mendalam dan bergerak untuk mengembangkan potensi umat di segala bidang, ekonomi, pendidikan, kebudayaan, dan kesehatan. Mereka bukan sosok yang pasif dan apatis terhadap problematika umat. Hal ini dibuktikan dengan tiga embrio berdirinya NU, yaitu tahswirul afkar (kelompok diskusi lintas sektoral untuk mematangkan aspek keilmuan), nahdlatut wathan (merajut persatuan berbasis nasionalisme di tengah upaya memecah belah bangsa), dan nahdlatut tujjar (kebangkitan ekonomi menuju kemandirian).
Menurut Jamal yang juga Wakil Ketua PCNU Pati, tiga gerakan tersebut, baik keilmuan, nasionalisme, dan ekonomi harus dibangkitkan di era sekarang menuju kejayaan NU di masa depan, khususnya pada saat satu abad tahun 2026 yang akan datang.
Kaprodi Manajemen Zakat Wakaf IPMAFA itu menjelaskan, dalam konteks kebangkitan ekonomi NU, ada beberapa hal yang harus dilakukan. Pertama, mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang pengembangan potensi umat, seperti Biro Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (BPPM) era KH. MA. Sahal Mahfudh. Kedua, mendirikan Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) minimal satu kecamatan satu yang bergerak ke sektor riil.
Ketiga, mendirikan Lembaga Amil Zakat Infak Sedekah NU (LAZISNU), minimal satu kecamatan satu yang dikelola secara professional, tidak insidental dan temporer, seperti hanya menjelang lebaran. Mengingat potensi zakat di Pati 20 milyar per tahun, maka LAZISNU mendesak dibangkitkan dengan manajemen professional dengan integritas dan akuntabilitas yang memadai. Keempat, mendirikan pusat industri berbasis keunggulan lokal untuk membangkitkan spirit entrepreneurship (kewirausahaan) di masyarakat.
Drs. Yusuf Hasyim, M.Pd, sekretaris PCNU Pati yang menjadi pembanding dalam bedah buku tersebut menyatakan, bahwa ekonomi Indonesia sekarang ini 92 % dikuasai oleh asing, yaitu kaum zionis dan Barat. Hanya 8 % yang dikuasai kaum pribumi. Melihat tantangan ini, maka spirit Nahdlatut Tujjar harus direvitalisir supaya warga NU mampu mencapai kemandirian ekonomi.
NU harus mendirikan pusat-pusat perbelanjaan seperti NU-Mart di berbagai daerah untuk menandingi Alfa dan Indo-Mart yang sudah menyebar di berbagai daerah. Maslikan Ali, sebagai Sekprodi PMI Ipmafa dan Ketua Perpus mendorong kader-kader muda NU untuk mendalami isi buku ini karena banyak pelajaran berharga yang bisa diambil untuk menatap masa depan NU.[]