AKIM Siap Berangkatkan Bantuan ke Pengungsi Rohingya

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
gettyimages-842573070

Dalam pertemuan Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM) yang dilakukan di Gedung PBNU, Rabu(13/9) malam, ketua pelaksana AKIM, M. Ali Yusuf mengatakan pihaknya akan memberikan bantuan kepada pengungsi Rohingya di Bangladesh yang mencapai 350 ribu orang.

Beberapa bentuk bantuan yang akan diberikan untuk pengungsi Rohingya diantaranya bantuan makanan, obat-obatan, air, dan kesehatan. Di tengah tempat pengungsian akan didirikan rumah sakit. “Untuk praktik pelayanan kesehatan di situ,” katanya.

Rencananya, AKIM juga akan memberikan bantuan orang Rohingya yang masih berada di Rakhine State Myanmar. Namun demikian, sampai saat ini AKIM masih menunggu izin dari Pemerintah Myanmar untuk memberikan bantuan ke Rakhine.

Ali menyebutkan, pengungsi Rohingya yang ada di Rakhine juga membutuhkan bantuan karena selama ini Pemerintah Myanmar menutup bantuan dari internasional untuk mereka. Jumlah etnis Rohingya yang ada di Rakhine diperkirakan masih cukup besar yaitu sekitar 300.000 sampai 400.000 warga Rohingya.

Sampai saat ini, dana yang terkumpul untuk bantuan pengungsi Rohingya di Bangladesh adalah sekitar 2,5 miliar. Sedangkan bantuan untuk orang Rohingya di Myanmar diperkirakan sekitar 1,5 miliar.

Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) itu juga menyebutkan, pemberian bantuan untuk Rohingya akan dilakukan dalam beberapa tahap.

Rencananya, untuk rombongan tahap pertama akan diberangkatkan ke Bangladesh pada 22 September 2017 dan mereka berada di sana selama dua minggu. Sedangkan rombongan tahap kedua akan diberangkatkan pada awal Oktober 2017.

AKIM merupakan aliansi yang beranggotakan sejumlah lembaga kemanusiaan, akademisi, lembaga usaha yang didukung oleh Kementerian Luar Negeri RI untuk berupaya memberikan bantuan kemanusiaan untuk masyarakat yang terdampak konflik di Myanmar. Misi dari aliansi ini adalah membantu terciptanya perdamaian dan rekonsiliasi dua komunitas di Myanmar yang bersengketa melalui bantuan kemanusiaan.