Berikan Kebebasan Beribadah Muslim Di Tolikara

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp

forumzakat — Sudah 50 hari sejak Tragedi Tolikara, Papua berlalu. Kebakaran menghanguskan puluhan rumah dan satu buah masjid di tengah pemukiman padat penduduk. Sampai sekarang sekitar 40 keluarga yang tidak pasti nasibnya. Selain tak ada rumah dan penghidupan, mereka juga masih dicekam rasa takut.

Tidak lama lagi umat Islam akan menggelar perayaan Idul Adha. Kalender Masehi menunjukkan Kamis, 24 September 2015 bertepatan dengan 10 Dzulhijjah 1436, dimana umat Islam akan mengadakan sholat id, dan penyembelihan hewan kurban. Tak terkecuali umat Islam di Tolikara.

Menurut data Koramil, jumlah muslim di Karubaga saat ini sebanyak 382 kepala keluarga, dengan cacah jiwa sebanyak 1.509. Selain itu, terdapat 64 di jiwa Koramil/Pos TNI, 8 jiwa di Pos Maleo, 18 jiwa di Pos BRIMOB, 3 jiwa Polsek Karubaga, dan ada 14 muslim di Polres Tolikara. Secara total, insyaAllah tahun ini, ada 1.998 jiwa muslim di Karubaga (ibukota Tolikara) yang akan menggelar Idul Adha.

Pada Minggu, 6 September 2015 lalu, kami dihubungi oleh Ustad Ali Mukhtar, tokoh masyarakat muslim Tolikara. Ustad Ali sedang berada di Jakarta, diajak oleh bupati dan tokoh lain untuk bertemu Menkopolhukam membahas tentang persiapan Idul Adha di Tolikara.

Tokoh yang hadir dalam pertemuan itu adalah Bupati Tolikara Usman G Wanimbo, Ketua Tim Pemulihan Pasca Bencana Tolikara Edie Rantetasak, Pendeta GIdI Imanuel Ginungga, Komandan Kodim (Dandim) 1702/JWY Letkol (Inf) Muhammad Aidi, Kapolres Tolikara AKBP Musa Korwa, dan sejumlah tokoh lainnya.

Hasil yang kami dengar agak menyedihkan. Masih ada tawar menawar terkait dengan pelaksanaan perayaan Idul Adha. Ali Muchtar mengatakan bahwa dalam pertemuan itu pihak Gereja Injili di Indonesia (GIdI) meminta 3 syarat jika kaum Muslimin Tolikara ingin berlebaran Idul Adha. “Pertama, mereka minta nama baik Gereja Injili di Indonesia (GIdI) dibersihkan,” ujar Ali. Pasalnya, pihak GIdI mengaku sejak meletusnya Tragedi Tolikara pada perayaan Idul Fitri, nama GIdI menjadi kurang baik.

Kedua, GIdI minta dua tersangka yang ditangkap oleh Polda Papua segera dibebaskan. Ketiga, GIdI minta kasus ini diselesaikan secara adat, tidak menggunakan hukum positif. “Jika ketiga hal itu dipenuhi, barulah kaum Muslimin bisa berlebaran. Tapi jika tidak dipenuhi maka mereka tak bisa memberikan jaminan,” ujarnya.

Menyikapi rencana perayaan Idul Adha di Tolikara, Pengurus Forum Zakat (FOZ) Nasional menyatakan sikap sebagai berikut. Pertama, negara harus hadir di Papua. Harus dipastikan ibadah Idul Adha bebas dari ancaman pihak yang tidak ingin ada kedamaian di Papua. Perlindungan kemanan, perlindungan dari rasa takut dan perlindungan kebebasan beribadah tiap individu untuk menjalankan agamanya masing-masing di setiap jengkal bumi Indonesia.

Kedua, FOZ berharap momentum Idul Adha dimanfaatkan sebagai salah satu even untuk menjalin dan memupuk kebersamaan, resolusi konflik dan kedamaian di bumi Tolikara. Dengan Idul Adha, kekutan berkurban dan berbagi dengan seluruh komunitas masyarakat menjadi lebih kuat. “Kami anjurkan anggota Forum Zakat, sebagian menyalurkan kurbannya di Tolikara,” kata Sekjen FOZ, M Sabeth Abilawa.

Ketiga, FOZ mengapresiasi kerja dari aparat keamanan, terutama dari TNI, yang bahu membahu bersama masyakarat, penduduk lokal yang mendirikan masjid di Tolikara. Dengan berdirinya masjid di Kompleks Koramil, ke depan satu-satunya masjid di seluruh kabupaten itu bisa menjadi sentra kegiatan umat Islam.

Keempat, FOZ meminta hukum positif tetap berjalan. Sementara hukum adat sebagai pelengkap. FOZ berharap adanya keadilan dalam penerapan hukum. Ditahannya dua tersangka perusakan oleh polisi, tidak bisa dijadikan bahan ancaman atas keamanan pelaksanaan perayaan Idul Adha di Tolikara. “Tidak pantas bila itu dijadikan alat tawar menawar,” kata Sabeth.

Ketua Umum Forum Zakat, Nur Efendi mengimbau partisipasi seluruh anak bangsa, agar berdoa dan mengusahakan perdamaian pada Idul Adha di Tolikara.

“Selain kiriman hewab kurban, kita dorong seluruh pihak duduk dan menghormati hari besar umat Islam ini. Momentum yang sangat indah bila shalat ied berjalan lancar damai,” ujar Nur.[]