CEO OPZ Sharing Session, CEO Rumah Zakat Beberkan Strategi Berselancar di Gelombang Krisis

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp

Forumzakat – CEO Rumah Zakat, Nur Efendi membeberkan strategi OPZ dalam berselancar di gelombang krisis masa pandemic Covid-19. Hal tersebut disampaikannya dalam CEO OPZ Sharing Session yang diikuti 144 pimpinan/ceo/direksi OPZ anggota Forum Zakat, Rabu (29/4/2020).

Indonesia, kata dia, merupakan negara yang dijuluki sebagai negara paling dermawan dalam publikasi World Giving Index 2018 oleh CAF Institut dengan sense of belonging yang tinggi teradap sesama. Menurutnya, hal ini menjadi peluang bagi OPZ yang sedang berselancar di tengah pandemi Covid-19.

“Ada delapan poin experience Rumah Zakat berselancar di gelombang resesi Covid-19. Yang pertama adalah menangkan Allah. Ya, sebelum memenangkan kondisi ini, kita menangkan Allah terlebih dahulu. Meminta pada Sang Rabbul Asbab untuk mengangkat Covid-19. Niatkan demi menolong agama Allah, sehingga Allah menolong kita,” kata dia.

“Selanjutnya yang kedua adalah menumbuhkan keyakinan dan semangat tim. Kita bisa meneladani sifat Nabi Yusuf saat menghadapi krisis, dimana beliau meyakinkan umatnya. Meyakinkan masyarakat kalau bisa melewati ini.

Yang ketiga, kata dia, bersegera dalam berdaptasi dengan ‘New Normal’. Hal ini dilakukan mengingat banyak sekali perubahan yang terjadi karena pandemi yang diikuti dengan kebijakan dari pemerintah sehingga mengharuskan kita untuk beradaptasi dengan kebasaan-kebiasaan baru.

“Keempat, memotong biaya operasional. Dalam hal ini banyak sekali yang harus dipangkas. Untuk di Rumah Zakat sudah aada 10 ide biaya yang dipotong semasa pandemi. Mulai dari pemotongan gaji dengan penetapan empat hari kerja, mengurangi perjalanan dinas, menahan bonus dan tunjangan, menahan rekrutmen dan keikan jabatan, hingga memotong biaya marketing untuk sementara dan lain sebagainya,” bebernya.

Selain itu, yang kelima adalah strategi dalam pendistribusian donasi yang harus berdasarkan prioritas. Dimana saat ini masyarakat terdampak Covid-19 menjadi prioritas sebagai penerima manfaat. Serta yang keenam adalah memastikan semua bergerak dalam lembaga tersebut, mulai dari pimpinan hingga amil. “Semua harus berkorban, seperti kemungkinan pemotongan gaji, bonus dan tunjangan adalah bentuk pengorbanan atas keadaan,” katanya.

Selanjutnya, adalah kolaborasi antar OPZ sebagai peluang untuk terus tumbuh, yang dilakukan untuk jaring pengaman Gerakan Zakat.

“Terakhir, kedelapan adalah Daya Ungkit Teknologi, ini perlu diperhatikan sekali demi mempermudah semua koordinasi. Baik koordinasi internal hingga dalam penghimpunan dan donasi. Hal ini sebagai salah satu contoh beradaptasi dengan kebiasaan baru yaitu teknologi,” tandasnya.

Nur juga menyemangati para peserta dengan mengingatkan untuk senantiasa berharap bahwa  lembaga nafasnya harus lebih panjang dari diri sendiri. “Semakin tinggi gelombang, maka kita akan semakin menikmati untuk berselancar di gelombang itu,” pungkasnya. (*)