Forum Zakat – Bulan Dzulhijjah adalah penutup dari dua belas bulan dalam kalender hijriyah. Ia hadir bukan sekadar sebagai pengingat tentang puncak ibadah haji dan hari raya kurban, melainkan juga sebagai undangan spiritual bagi setiap jiwa untuk bermuhasabah, mengevaluasi diri dan perjalanan amal yang telah dilalui sepanjang tahun.
Dalam rentang sepuluh hari pertama Dzulhijjah, Rasulullah SAW bahkan menyebutnya sebagai hari-hari paling utama di sisi Allah.
“Tidak ada hari-hari yang amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh Allah melebihi hari-hari sepuluh ini.” (HR. Bukhari)
Ini menjadi sinyal kuat bagi umat Islam untuk menghidupkan kembali kesadaran amal, menengok kembali jejak kebaikan, serta merapikan niat dan langkah untuk menjadi hamba yang lebih baik. Karena sejatinya, muhasabah bukan hanya tentang menghitung amal, tetapi menata hati dan memperbarui orientasi hidup.
Dzulhijjah dan Refleksi Sosial
Dzulhijjah juga erat kaitannya dengan ibadah kurban, ibadah sosial yang sarat makna pengorbanan, solidaritas, dan keikhlasan. Kurban tidak hanya berbicara tentang darah dan daging, melainkan penghantaran kasih sayang dan keberpihakan pada sesama.
Di sinilah gerakan zakat dan filantropi Islam memainkan peran strategis. Tidak sedikit lembaga zakat yang memanfaatkan momen Dzulhijjah untuk menyebarluaskan manfaat kurban ke berbagai pelosok negeri hingga mancanegara. Semangat ini adalah cerminan dari muhasabah kolektif, bahwa dalam rezeki yang kita miliki, ada hak orang lain yang perlu segera ditunaikan.
Muhasabah yang lahir di bulan Dzulhijjah bukan hanya tentang apa yang sudah kita dapat, tapi sejauh mana kita telah memberi.
Bukan sekadar soal seberapa banyak kita bersyukur, tapi juga seberapa sering kita menjadi jalan syukur bagi orang lain.
Menutup Tahun Hijriyah dengan Hati yang Penuh
Dzulhijjah menjadi akhir kalender hijriyah. Layaknya tutup tahun, ini adalah kesempatan yang sangat berharga untuk mengevaluasi seluruh perjalanan ruhani, sosial, dan amal selama setahun ke belakang:
- Apakah zakat kita sudah tertunaikan?
- Apakah waktu, tenaga, dan harta kita sudah banyak dipakai untuk urusan umat?
- Apakah kita sudah cukup peka terhadap sesama?
Muhasabah bukan berarti menengok ke belakang untuk menyesali, melainkan menengok dengan sadar agar bisa melangkah lebih benar ke depan.
Menjelang akhir tahun hijriyah ini, mari kita duduk sejenak. Bertanya pada diri sendiri, pada hati, pada rekam jejak hidup. Jika ternyata masih banyak kekurangan, jangan khawatir karena Dzulhijjah datang membawa pintu-pintu keberkahan. Membuka peluang untuk memperbaiki. Menyiramkan kembali semangat berbagi.
Jadikan muhasabah sebagai awal kebangkitan, dan gerakan zakat sebagai jalan kebermanfaatan karena sebaik-baiknya amal adalah yang terus tumbuh dan menumbuhkan.