Meski Wabah Covid-19, Penyintas Banjir Lebak Masih Bersemangat Bangun Jembatan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp

Forumzakat – Di tengah maraknya wabah covid-19, para relawan masih terus bersemangat untuk menyelesaikan pembangunan jembatan harapan. Jembatan harapan masih terus dibangun untuk menyambungkan kembali harapan para warga, LAZ Harapan Dhuafa mengajak sinergi dan kolaborasi berbagai lembaga dan elemen lain agar bisa bersama-sama membangun jembatan harapan bagi para warga penyintas bencana agar mereka bisa lekas bangkit.

Direktur Utama LAZ Harapan Dhuafa, Indah Prenande mengungkapkan bahwa selain berkonsentrasi untuk penyelesaian Covid-19, masih banyak amanah lain yang harus tetap berjalan karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Ribuan warga Lebak masih dalam penantian menunggu jembatan untuk menggerakan aktivitas ekonomi mereka. “Mohon doa dari semuanya agar semua yang bergerak di ranah sosial kemanusiaan dari lembaga apapun diberikan kesabaran, kekuatan dan kemudahan,” kata dia.

Terhitung sejak dimulai tanggal pembangunan jembatan, progress di hari ke sepuluh sudah mencapai tahap pembangunan mencapai 45%, karena kondisi ketinggian tanah yang berbeda diantara dua titik penghubung jembatan maka diperlukan untuk membangun pondasi terlebih dahulu. Tali sling baja sudah ditarik dan dibentangkan, batu-batu besar penahan tali sling dikaitkan dan digotong bersama-sama oleh para warga dan relawan, ada yang mengecat besi, ada yang sedang mengerjakan las kerangka jembatan, ada yang menggali tanah dan berbagai macam, momen ini dijadikan sebagai ajang untuk semakin mempererat silaturahmi dan gotong royong.

 

 

Sobarudin, salah seorang tokoh masyarakat asal kampung Seah yang juga ikut bergotong royong sangat mengapresiasi program pembangunan jembatan yang diinisiasi oleh LAZ Harapan Dhuafa dan rekan-rekan.

“Tentu yang pertama sangat bersyukur dan berterima kasih karena di kampung kami dibangunkan jembatan, ini sangat membantu untuk kami, khususnya para warga yang tinggal di kampung Seah dan Kondang. Silaturahmi kami bisa tersambung kembali dengan saudara-saudara kami di kampung sebelah, Pengajian majelis taklim antar kampung bisa dihidupkan kembali kalau ada jembatan, karena kalau tidak ada jembatan maka kita mesti lewat sungai atau memutar jalan yang jaraknya lumayah jauh” kata Sobarudin. (*)