Forum Zakat – Dalam rangka merayakan milad ke-8 tahun, Sekolah Amil Indonesia (SAI) resmi menggelar ZEDx pada Rabu (11/09/2024) di Auditorium Fakultas A Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Depok. ZEDx merupakan program pertama SAI yang memiliki kepanjangan “Zakat Enrichment & Idea eXchange” diinisiasi oleh beberapa tokoh zakat nasional dalam diskusi ringan.
Dalam rangka membuka prosesi acara, Wildhan Dewayana selaku Ketua Umum Forum Zakat turut memaparkan visi Forum Zakat, Harmoni Kompak Berdampak. Visi Forum Zakat ini menjadi semangat dalam satu periode ke depan. Wildhan menuturkan pentingnya membangun harmoni dalam seluruh elemen gerakan zakat.
“Kami bertekad menunaikan visi dan misi FOZ dalam mencapai tujuan gerakan zakat di masa depan. Visi FOZ menjadi rumah besar gerakan zakat untuk mewujudkan peradaban islam yang rahmatan lil ‘alamin,” jelas Ketua Umum FOZ.
Zakat sebagai rahmatan lil alamin bermakna sebagai kasih sayang bagi makhluk Allah. Tentunya dalam mencapai visi ini, gerakan zakat harus berjalan secara harmoni juga agar mampu menghasilkan kerja yang kompak dan hasil yang berdampak.
“Harmoni Kompak Berdampak jika saya analogikan seperti pesawat airbus A380. Terdapat sayap kanan dan kiri yang menopang moncong pesawat. Sayap kanan adalah basis portofolio lembaga yang terhubung dengan sayap kiri yang merupakan gubuk pinggiran. Kedua sayap ini menghasilkan delta 1 dan delta 2, yakni intermediate position dalam rentang optimasi,” terang Wildhan Dewayana.
Sementara itu, beliau menambahkan bahwa moncong pesawat diibaratkan sebagai final destination dalam gerakan zakat, yakni sebagai jembatan peradaban Islam. Sayap kanan (portofolio lembaga) jika dihubungkan ke final destination menuju pada basis indikator makro dan sayap kiri (gubuk pinggiran) jika dihubungkan ke final destination menuju pada ruang kenegaraan.
Terlaksananya acara ZEDx perdana di Universitas Islam Internasional Indonesia ini menjadi suatu kehormatan bagi Sekolah Amil Indonesia. Dengan melibatkan pemerintah, penggerak zakat se-nasional, juga akademisi, ZEDx berjalan begitu hidup. Dalam kesempatan yang sama, Dr. Yudo mewakili UIII juga menyampaikan apresiasi pada sambutannya.
“ZEDx menarik sekali dalam meningkatkan kompetensi amil dan pengelolaan zakat untuk menguatkan kolaborasi. Kami sangat mengapresiasi upaya FOZ dan SAI dalam menyelenggarakan acara ini. Semoga acara ini dapat melahirkan gagasan yang kuat dalam visi gerakan zakat,” tutur Dr. Yudo.
Beliau juga mengajak seluruh amil zakat yang hadir di dalam ruangan untuk menjadikan ZEDx sebagai langkah awal menguatkan gerakan zakat, “Mari kita jadikan momen ini menjadi langkah awal untuk menguatkan gerakan zakat sebagai jembatan peradaban islam di dunia”.
Zakat sebagai jembatan peradaban Islam menjadi benang merah pembahasan selama ZEDx berlangsung. Acara yang mengusung tema “Reinventing Zakat Management Model in Indonesia” ini, diawali dengan pemaparan gagasan zakat sebagai jembatan peradaban Islam oleh Fahrizal Amil selaku Kepala Sekolah Amil Indonesia.
Ia menuturkan bahwa pengelolaan zakat bukan sekadar sebagai dana sosial, melainkan sebagai jembatan peradaban Islam. Bahkan dalam Al-Qur’an terdapat 33 ayat dan 462 hadits yang menjelaskan.
“Ada 33 ayat dan 462 hadits tentang zakat. Di sini kita ingin menguji apakah benar zakat hanya sebagai dana sosial? Ternyata tidak, jika dirincikan ada 61 definisi zakat berdasarkan ayat ALl-Qur’an. Kemudian ada 42 ayat definisi zakat untuk diri sendiri, seperti zakat menyucikan hati, sebagai bentuk syukur, menunaikan rukun Islam, dan lainnya,” terang Fahrizal Amir.
Adapun definisi tentang zakat dalam konteks membangun peradaban terdapat 19 ayat. Di antara makna ayatnya, zakat sebagai bentuk keadilan, tanggung jawab sosial, upaya menegakkan keadilan sosial, bentuk persaudaraan di antara umat Islam, dan masih banyak makna zakat sebagai jembatan peradaban lainnya.
Kepala Sekolah Amil Indonesia saat memaparkan gagasannya juga menyebut hadits At-Thabrani yang berbunyi, “Zakat adalah jembatan Islam”. Tentu dari banyaknya dalil mengenai zakat, akan muncul pertanyaan “peradaban yang seperti apa?”.
Membangun peradaban seperti model solusi pertanian Smart Farm IZI, modul solusi pendidikan YBM BRILiaN, model solusi vokasional Paradaya Movement, model solusi kesehatan Arisan Jamban LAZ Harfa, hingga model solusi kebencanaan.
“Kita para amil sudah lama membangun gerakan zakat, namun tidak terorkrestai dengan baik. Ada 12.225 amil zakat, ada pemerintah dengan segala kewenangannya, ada puluhan juta perusahaan, dan ada lebih dari 2.000 media online nasional. Bayangkan bagaimana 50%-nya saja memiliki paradigma Zakat membangun peradaban?” Ajak Fahrizal saat hampir sampai pada puncak pemaparan.