Kamis (24/1), pukul 20.30 WIB, rombongan relawan berangkat dari kantor Lazis Mafaza kompleks Masjid Fatimatuzzahra, Grendeng Purwokerto. Mereka menuju Subang untuk membantu korban banjir. Rombongan terdiri atas 5 orang relawan yaitu Shinta (26), Arif (25), Samsul (25), Mugi (19) dan Eko (19).
Mereka berangkat menggunakan mobil dengan membawa mie instan, makanan ringan, obat-obatan, uang tunai dan 2 unit mesin semprot yang akan digunakan untuk membersihkan masjid-masjid atau mushala bila banjir sudah surut. Rencananya rombongan akan mencari tempat yang tepat untuk mendirikan posko bantuan selama bencana banjir berlangsung, dengan harapan penyaluran bantuan akan berlangsung secara terus menerus bergantian dengan rombongan berikutnya.
Namun, tiba-tiba, saat mencapai Desa Larangan Kabupaten Brebes sekitar pukul 23.30 WIB, mobil yang dikendalikan Arif (25) mengalami selip. Mobil pun masuk ke sungai samping jalan yang airnya sedang meluap. Setelah mobil tercebur, Arif, Samsul dan Eko berhasil menyelamatkan diri, namun Shinta dan Mugi terkurung di dalam mobil.
Warga setempat yang mengetahui kejadian tersebut, segera memberi pertolongan dan berhasil mengeluarkan keduanya. Mugi mengalami luka berat karena paru-parunya terisi banyak air. Namun Shinta meninggal di tempat kejadian. Diduga, Shinta terjepit, sehingga pertolongan yang dilakukan agak sulit. Saat tubuhnya berhasil di angkat ke permukaan, korban sudah meninggal.
Kedua korban (Shinta dan Mugi) langsung dibawa ke puskesmas terdekat. Setelah menjalani pemeriksaan Shinta dinyatakan wafat, sedangkan Mugi langsung dirujuk ke RSU Islam Harapan Anda. Jenazah Shinta diserahkan pada keluarganya Jumat (25/1) pagi dan dimakamkan di kampung halamannya di Kelurahan Panggung Kota Tegal pada siang harinya.
Inovatif dengan Ide-Ide Segar
Shinta Ardjahri (26), pertama kali mengawali karirnya di Lazis Mafaza pada 2009. Kala itu ia diamanahkan di Unit Pemakmuran Masjid (UPM) Radio Mafaza. Sukses di UPM Radio Mafaza, ia pun diamanahkan sebagai sebagai Manajer Fundrising.
Tak berselang lama setelah itu, amanah pun bertambah. Ia dipercaya juga sebagai pimpinan redaksi majalah Mafaza, Lampu. Dan terakhir, Shinta pun dipercaya sebagai manajer program hingga akhir hayatnya. Dengan amanah ini, Shinta semakin sering ‘blusukan’ ke daerah-daerah bencana untuk menyalurkan bantuan.
Bagi Samsul Bahri, rekan sejawatnya di Mafaza, Shinta adalah sosok yang inovatif dan penuh dengan ide-ide segar. Dibalut dengan jilbab lebarnya, ia dikenal sebagai pribadi yang supel dan pandai bergaul.
“Dulu kita sama-sama aktivis Masjid Fatimatuzzahra (Mafaza). Saya aktif di UPM Taman Pendidikan Al-Qur’an, ia aktif di UPM Keputrian,” katanya.
Bagi Ika Akmala, almarhumah Shinta adalah orang yang simpel. Ika pertama bertemu dengan Shinta di pentas seni Fakultas Sastra Inggris Unsoed pada akhir 2008. Dan bertemu kedua kalinya di UPM Radio Mafaza. Kala itu, Ika menjadi rekan kerja di radio, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk pergi dari Mafaza dan bekerja di Dompet Dhuafa. “Kami masih sering jalan bersama,” ujar Ika.
Sebagai pribadi, Shinta dan Ika dikenal sangat dekat. Keduanya sering kali mempercayakan masalah pribadinya di antara mereka. Hobinya naik motor ngebut membuat Ika pernah terjatuh dari motor ketika Shinta memboncengnya. Walau sempat kesal, Ika pun mengakui hal itu adalah hal terindah yang pernah didapatinya bersama perempuan yang suka naik gunung tersebut.
Dalam dunia kerja, Ika merasa bahwa kepala Shinta dipenuhi oleh ide-ide gila. Dan Shinta pun sering mengajarkan kepada Ika untuk bisa berfikir out of the box. “Kita berdua sering disebut duet maut di Mafaza yang sering menjadi pengacau. Sekaligus membuat ide liar untuk berbagai program di Mafaza,” tambahnya.
Sebagai seorang sahabat dekat, Ika mengenal Shinta sebagai seorang yang tegar, dan selalu tersenyum. Ia pandai membuat suasana tim kerja menjadi sebuah keluarga yang saling terpaut hatinya dengan anggota yang lain. “Ia adalah kakak yang baik untuk adik-adiknya.”
Sesaat sebelum meninggal dalam kecelakaan, di akun twitter Shinta, aktivis kemanusiaan itu menyatakan dirinya bersama Mafaza akan berangkat ke Subang untuk misi kemanusiaan bagi korban banjir yang melanda 13 kecamatan. “Menuju Subang bersama Tim #tanggapBencana Mafaza sinergi dengan @ALAZHARPEDULI. Bismillahi majreha wa mursaha inna rabbi laghufururRahiim,” tulis akun @shinta_ardjahri.[]