Fenomena Amil Muda

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp

Penulis: @Nana Sudiana (Sekjend FOZ & Direksi IZI)

“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya, mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS al-Kahfi [18]: 13)

 

Sahabat amil yang dirahmati Allah…

Beberapa waktu yang lalu, saya berkesempatan bertemu dengan sejumlah amil di lembaga-lembaga zakat di Indonesia. Selain bertemu muka, diskusi seru di forum-forum yang ada, juga terlibat obrolan santai di sela-sela acara atau bahkan sambil makan di meja-meja panjang dengan hiasan beraga menu makan dan minum. Anak-anak muda ini tersebar hampir merata di sejumlah lembaga-lembaga zakat yang ada di Indonesia.

 

Selain di suasana santai penuh keakraban saat situasi biasa. Ternyata ketika di lokasi-lokasi bencana pun, tak kalah seru. Sejumlah amil muda — Istilah untuk amil zakat yang masuk usia millineals — berjibaku dalam beragam tugas dan aktivitas. Mereka datang sebagai tim pendahulu untuk survey, paramedis, tim media, relawan umum, kadang juga sebagai tim evaluasi project dari lembaganya masing-masing atas progres lapangan yang sedang dikerjakan di lokasi.

 

Harus diakui, dengan besarnya potensi generasi  milenials, belakangan ini banyak lembaga pengelola zakat mulai menaruh perhatian terhadap mereka. Siapa mereka dan mengapa banyak organisasi pengelola zakat peduli dengan keberadaannya?

 

Amil Muda, Amil Millenials

Generasi Milenials didefinisikan cukup beragam. Salah satu basis kesamaan definisi ini adalah soal usianya. Mereka yang disebut generasi millennials biasanya lahir antara tahun 1985–1994. Bahkan, beberapa definisi menyebut batasnya sampai 2004. Angkatan ini sangat terkoneksi dengan internet dan media sosial. Mereka juga digambarkan sebagai sebuah generasi yang kurang suka dengan informasi yang bersifat satu arah dan percaya dengan iklan. Mereka lebih percaya pada pengalaman atau review dari teman-temannya. Namun sangat mengedepankan happiness dalam bekerja, gemar traveling lintas negara, dan gadget mindset.

 

Bila OPZ ingin menjadi bagian dari dinamika kaum millenials. Maka, OPZ harus mulai menyusun sejumlah langkah yang memadai dan sesuai dengan karakter dan situsasi mereka. Karena mereka ini umumnya rentan terhadap konflik, bahkan cenderung tak menyukai kompetisi. Dengan situasi ini mereka harus disiapkan kanal-kanal baru untuk menyalurkan kebebasan berkreasi-nya, saat yang sama mulai diberikan pula jalan menuju situasi yang penuh nuansa kolaborasi.

 

Saat ini, ketika semakin banyak anak-anak muda usia milleneals menjadi amil zakat, tak sedikit pengambil kebijakan di lembaga-lemabaga yang ada mengalami shock akibat interaksinya dengan mereka. Dalam sejumlah perbincangan dengan “Generasi Kolonial” yang lahir sebelum angakatan millenials dan kini rata-rata memegang posisi penting di sejumlah OPZ yang ada. Ada yang bercerita, anak-anak sekarang vulgar sekali katanya, baru saja mulai diterima bekerja beberapa hari di lembaga zakat langsung nanya pada pimpinannya : “Pak, dalam lima atau enam tahun lagi, apa posisi saya dan berapa gajinya nanti?”. Gubrak.

 

Amil model lama, tabu bicara gaji, apalagi sampai ke angka. Termasuk juga soal fasilitas kerja, banyak yang malu-malu meminta, walaupun pada kenyataannya memang hal itu dibutuhkan untuk menunjang suksesnya pekerjaan mereka. Relasi yang terbangun sebelumnya, dengan kehadiran amil millenials ini menjadi berubah.

 

Sejumlah OPZ yang masih mendefinisikan urusan Sumber Daya Manusianya (SDM-nya) dengan konsep Human Resource (HR) bakal kewalahan menghadapi generasi millennials ini. Paradigma pengelolaan mereka memang memaksa OPZ untuk menyesuaikan dengan situasi terkini. Pendekatan SDM-nya idealnya mulai bergeser ke arah memperlakukan karyawannya sebagai Human Capital (HC). Dimana dalam konsep HC ini, OPZ akan menganggap generasi millennials sebagai aset dan penentu masa depan.

 

Kita semua tahu, amil muda kini semakin banyak jumlahnya. Hampir di semua lembaga. Mereka semangatnya tinggi, juga kemampuannya memecahkan masalah-masalah baru cukup kreatif. Dengan begitu, perlu disadari bersama bahwa amil muda ini adalah aset gerakan zakat yang tak ternilai harganya. Nantinya, kemajuan sebuah OPZ tergantung dari bagaimana amil mudanya bertindak.

 

Dalam Islam sendiri, pemuda memiliki peranan penting bagi kelangsungan generasi Islam yang baik. Mereka ketika belajar dengan benar dan sungguh-sungguh mempelajari dan mengetahui ilmu agama Islam dengan baik, maka ia bak pelita yang akan terus memandu umat dan menjaganya dari kegelapan cahaya dan kemusyrikan. Para pemuda yang baik, memiliki kesempatan untuk belajar, menjaga idealisme dan menyiapkan energi kebaikan bagi masa depan peradaban. Keistimewaan para pemuda ini juga adalah Allah SWT memberikan kekuatan intelektual, ingatan dan analisa yang tajam.

 

Amil muda, adalah pemuda. Ia bukan hanya harus beriman dan berakhlak mulia, namun juga belajar memahami sejumlah cerita sirah nabi yang mengisahkan bagaimana sejumlah pemuda di jaman Nabi menjadi pioner dan penuh inisiatif. Mereka berkarya, berargumen dan memiliki ide genuine yang menunjukan karakternya yang khas pemuda. Lihat saja pada kisah Salman Al Farisi di jaman Nabi. Kita semua tahu, Salman  Al Farisi ini adalah seorang pencetus ide pembuatan parit yang mengelilingi Madinah. Parit ini digunakan untuk menghadang puluhan ribu musuh yang tak sebanding jumlahnya dengan kaum muslimin pada waktu itu.

 

Pemuda cerdas nan berani dalam Islam selain Salman adalah Khalid bin Walid. Khalid adalah seorang panglima yang sangat cerdas dalam mengatur strategi dalam peperangan sehingga ia terkenal sebagai sosok pemuda yang tak pernah kalah dalam berperang walaupun umurnya masih sangat belia namun semangat kepemudaannya selalu ia kobarkan.

 

Selain kedua nama tadi, sejatinya masih banyak para tokoh muda yang menjadi penentu kemajuan islam dan senantiasa memiliki semangat juang tinggi untuk kebaikan umat dan peradaban yang mulia. Diantara nama-nama itu berderet nama Ali bin Abi Thalib, Muhammad Al- Fatih dan Usamah bin Zaid. Ali bin Abi Talib adalah pemuda yang selalu menemani dan melindungi  Rasulullah sedangkan Muhammad Al-Fatih adalaah seorang panglima perang pasukan muslim untuk mengalahkan satu imperium yang telah berdiri kokoh selama 11 abad yaitu Byzantium. Selain itu, ada Usamah bin zaid yakni pemuda yang dipercayai oleh Rasulullah dalam usia 18 tahun.

 

Bila kita teliti lebih lanjut, ketiga tokoh pemuda tadi, yakni Ali bin Abi Thalib, Muhammad Al- Fatih, dan Usamah bin Zaid, ternyata mereka memiliki tiga kesamaan. Pertama, mereka memiliki pemahaman yang baik tentang Islam dan menjadikan pemahaman tersebut sebagai pedoman dalam hidupnya. Kedua, mereka memiliki rasa cinta yang sangat kuat terhadap Islam dan mereka juga bersemangat untuk menyebarkan dakwah Islam. Ketiga, mereka adalah pemuda yang telah megikuti peperangan dalam usia muda.

 

Amil Muda, Bukan Amil Konvensional

Sahabat Amil yang dirahmati Allah…

Amil muda adalah amil yang penuh dinamika. Spiritnya adalah spirit pejuang. Mereka walau muda usianya, namun kuat keberaniannya. Cara pandang OPZ idealnya tak semata menggunakan pendekatan ciri-ciri biologis atau stereotipe semata. Ada pendekatan yang bagus untuk semakin mengokohkan mereka yakni pendekatan dialog dan memberikan tantangan dan kesempatan untuk mereka.

 

Mereka ini kan tak mudah menerima perintah dari satu arah, apalagi yang bersifat kaku model instruksi. Salah satu bentuk pengajuan OPZ yang ingin merangkul amil muda ini adalah dengan penuh kedamaian, mengakui dan menerima dengan baik generasi ini. Mengakui dengan apa adanya yang terjadi, juga dengan segala konsekuensi keberadaannya.

 

Amil muda-amil muda yang ada saat ini memang dahsyat. Sejumlah lembaga bisa menjadi ikut hebat bila mampu memanfaatkan amil muda yang penuh energi dan kreatifitas ini. Amil muda juga seiring perkembangan jaman mengalami disrupsi situasi. Anak-anak muda yang kini bermetamorfosis jadi amil muda terdisrupsi menjadi bagian pemecahan masalah di masa depan.

 

Menurut Rhenald Kasali secara sederhana begini, disruption adalah perubahan untuk menghadirkan masa depan ke masa kini. Perubahan semacam itu biasanya mempunyai sekurang-kurangnya tiga ciri. Pertama, produk atau jasa yang dihasilkan perubahan ini harus lebih baik daripada produk/jasa sebelumnya. Kedua, harga dari produk/jasa hasil disruption ini harus lebih murah ketimbang produk/jasa sebelumnya. Kalau harganya lebih mahal, untuk apa mereka melakukan disrupsi? Ketiga, produk/jasa yang dihasilkan proses disrupsi juga harus lebih mudah diakses atau didapat para penggunanya. Bukan sebaliknya, malah lebih susah dijangkau.

 

Itulah tiga ciri dari proses disrupsi. Dalam konteks organisasi pengelola zakat, keberadaan amil muda ini bisa sangat berarti. Mereka bisa mengubah wajah OPZ yang tadinya biasa-biasa saja bisa menjadi luar biasa. Produk atau jasa OPZ karya para amil muda generasi millenials ini bakal memangkas cara-cara lama dalam mengelola OPZ dan mereka juga akan menjadikan model atau gaya OPZ lama yang masih bersikukuh dengan gaya konvensional akan tumbang dan ketinggalan jaman.

 

Daya dorong amil muda tak berhenti pada penciptaan pendekatan baru dalam mengelola zakat. Ibarat efek bola salju, perubahan yang didorong amil muda ini akan terus melaju ke segala arah dan tak akan berhenti. Sejumlah kebiasaan kampanye zakat dengan cara lama misalnya, nanti bergeser ke arah kebiasaan amil muda. Secara perlahan berubah dalam format film dan ditaruh di sosial media seperti youtube, facebook, instagram dan lainnya.

 

Pengelolaan zakat ke depan, akan semakin memangkas jumlah orang, pergeseran ini akan mengubah aturan main di lapangan selama ini yang menyatakan bahwa layanan yang hebat butuh banyak orang. Dengan era disrupsi, yang digagas amil muda yang juga anak-anak millenials ini, layanan lembaga-lembaga zakat ke depan akan berbasis aplikasi dan tanpa butuh orang lagi. Komunikasi yang dibangun juga bisa jadi hanya dengan mesin penjawab.

 

Itulah gambaran disruption yang akan terjadi di dunia zakat, yang bisa jadi hal ini digagas para amil muda yang ada di gerakan zakat. Dari waktu ke waktu, bisa jadi gelombang disruption dunia zakat ini terus terjadi. Dan sepanjang masih kuatnya spirit anak-anak millineals yang kini jadi amil muda, bisa jadi perubahan ini belum akan berhenti.

 

Amil muda, mereka bisa jadi miskin pengalaman, tetapi jangan salah, mereka ini tak punya beban masa lalu dan tak ada sedikitpun rasa gentar dan takut untuk menjelajahi masa depan yang unclear, unpredictable, dan uncertain. Jelas hal ini bertolak belakang dengan amil “jaman konvensional” yang mungkin kaya pengalaman namun lebih suka rutinitas dan sesuatu yang sudah jelas dan apa adanya.

 

Majulah Terus Amil Muda

Sahabat amil yang dicintai Allah…

Amil muda ini ibarat pemuda kahfi. Kisah populer dalam Al Qur’an yang bercerita tentang pemuda dalam surah Al-Kahfi. Dalam kisah itu, terdapat beberapa pemuda yang hidup di masa pemimpinnya seorang yang zalim. Para pemuda kemudian menentang pemimpinnya dan melarikan diri hingga masuk ke dalam gua dan menetap di sana. Lalu apa yang terjadi? Allah menidurkan para pemuda Ashabul Kahfi dalam gua dan membangunkannya setelah masa kepemimpinan jatuh pada orang beriman. Allah memujinya karena keteguhan aqidahnya seperti firman Allah  dalam surah Al- Kahfi (QS. Al Kahfi (18 ) : 13) yakni “Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka”.

 

Dalam ayat tersebut kita bisa mendapati ada tiga kata kunci yang kita temukan, yakni: pemuda, iman, dan petunjuk. Amil muda adalah pendorong efek bola salju gerakan zakat. Mereka inilah yang akan menarik lokomotif gerakan zakat untuk terus bergerak, berderak dan melaju kian besar dan semakin penting perannya bagi umat dan bangsa. Amil muda akan akan melukis langit gerakan zakat dengan karya-karya terbaiknya sehingga jaman akan mencatatnya dengan tinta emas.

 

Jadi, mari kita dorong amil muda semakin berperan dan punya kesempatan untuk berkarya secara maksimal. Amil muda adalah pilar kebangkitan gerakan zakat yang mempunyai tanggung jawab, kewajiban, dan amanah untuk memajukan dan meningkatkan gerakan zakat bagi kebaikan dan kesejahteraan umat. Untuk mengemban amanah berat tersebut, tentu saja para amil muda tak cukup kongkow-kongkow sambil ngopi-ngopi di kedai-kedai menghabiskan waktu. Mereka harus terus beramal, bekerja dan mengasah kemampuan dan hatinya. Mereka harus belajar dan berangsur memiliki kedewasaan dan kebijakan dalam hidup. Dan tak lupa untuk terus dengan sabar melatih diri agar memiliki  pemikiran panjang, bisa terus banyak beramal, bijak dalam menentukan sikap, berlatih untuk maju dan menjadi penyelamat urusan umat dan mampu untuk menunaikan hak-hak umat.

 

Dan untuk itu semua, seorang amil muda harus punya modal dasar yang harus dimiliki, yakni : iman, ikhlas, semangat dan amal kebajikan. Dengan bekal tadi, seorang amil muda akan bermetamorfosis jadi pejuang umat. Yang berjuang dibarisan depan umat untuk terus memajukan umat dan memajukan peradabannya dihadapan dunia.

 

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar”.(QS.Al Hujuraat :15).

 

#Ditulis sepanjang penerbangan Semarang-Bandung dgn NAM Air IN 234,  Senin, 15 April 2019.