Inovasi ATM Beras Untuk Dhuafa

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Inovasi ATM Beras Untuk Dhuafa

Ilmu tanpa amal bagaikan pohon tak berbuah. Begitu pepatah berkata. Nampaknya,  Budiaji, owner sekaligus Presiden Direktur PT. Rekayasa Otomomasi Indonesia, bukanlah seorang yang kontra dengan pepatah tadi. Guna mengaplikasikan ilmunya di bidang sosial, pria alumni Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 1980 ini, menciptakan mesin ATM beras.

Pada wawancara beberapa waktu lalu, beliau terlihat bersemangat mengenalkan mesin itu kepada kami. Pendiri Pusat Teknologi Tepat Guna (Pustena) Masjid Salman ITB ini mempersilakan inovasinya dipakai oleh Rumah Amal Salman ITB (RASI) bagi kaum Dhuafa.

Anjungan Terima Mandiri (ATM) Beras atau disingkat ATMB adalah perangkat yang bisa mengeluarkan beras dalam jumlah tertentu secara otomatis.  Beras keluar dengan cara menempelkan kartu RFID (Radio Frequency Identification) atau kartu elektronik lainnya di bagian tertentu (card reader) pada perangkat tersebut.

Ide awalnya adalah untuk membantu kaum dhuafa (fakir miskin) yang betul-betul kelaparan karena kemiskinannya. Tentunya kita sudah tahu bahwa agama Islam telah memerintahkan para pemeluknya untuk melindungi kaum yang lemah, termasuk menyayangi fakir miskin.

Fakir miskin ini diseleksi dengan cara survei agar tepat sasaran, dalam artian benar-benar orang yang membutuhkan. Kemudian, kepada mereka akan dibagikan kartu RFID untuk mengambil beras secara gratis di ATMB sesuai jumlah dan waktu yang telah ditentukan.

“Sudah saatnya kita memelopori penerapan kecanggihan ICT (Information and Communication Technologies) untuk memikirkan kaum yang lemah dan termarginalkan,” ujarnya pada Jumat (11/11).

ATMB ini bisa ditempatkan di masjid-masjid, kantor kelurahan, kantor-kantor BUMN, sekolah,  kampus atau di lokasi kantong-kantong kemiskinan lainnya.  Bahkan bisa jadi di area rumah orang kaya untuk menyantuni fakir miskin di sekelilingnya. “Bisa juga temporary ditempatkan di area bencana. Sumber berasnya bisa dari pemerintah (raskin), CSR (Corporate Social Responsibility), zakat, atau masyarakat yang peduli lainnya,” tutur alumni Asrama Masjid Salman ITB ini,

Secara fisik, perangkat ini berukuran 60 cm x 60 cm x 160 cm, berbentuk kotak/lemari, mirip mesin ATM biasa berkapasitas sekitar seperempat ton beras. Mesin ini juga dilengkapi dengan perangkat elektroniknya, modem hybrid untuk network GSM/satelit untuk daerah terpencil, serta sistem kontrol dan pemantauan berbasis  M2M (machine to machine) / IoT (Internet of Things).

Budiaji pun memaparkan, sistem pengelolaan dan pengawasan dibuat secara transparan sehingga masyarakat luas bisa mengakses via internet tentang data orang miskin yang disantuni, jumlah beras yang dibagikan, dan rincian pendistribusiannya. Selain itu, sistem juga akan memantau status level beras yg tersedia di tiap-tiap ATMB.

“Ditargetkan ke depan bahwa tidak boleh ada lagi rakyat yang lapar di negeri ini yang terpaksa mengemis di mana-mana. Lebih jauh lagi dari itu, ATMB ini bisa dikembangkan dan diproduksi lebih luas untuk penjualan beras secara otomatis melalui transaksi kartu elektronis,” katanya. Budiaji berharap, umat Muslim bisa lebih mengembangkan nilai-nilai kesalehan sosial melalui ATMB.