Kemerdekaan yang Sesungguhnya dalam Islam

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
kemerdekaan yang sesungguhnya

Forum Zakat – Kemerdekaan yang sesungguhnya dalam Islam memangnya ada? Padahal kemerdekaan selalu digaungkan dengan kebebasan. Banyak yang mengartikan kemerdekaan sebagai bentuk kebebasan berpikir, kebebasan bertindak, hingga kebebasan berpikir. Dalam hal ini, Islam telah dulu menawarkan konsep kehidupan, yakni kemerdekaan yang sesungguhnya. 

Konsep tersebut dapat diperoleh bilamana seorang muslim menjalankan syariat dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Kemerdekaan yang sesungguhnya berkaitan dengan memahami konsep kemerdekaan itu sendiri dalam Islam. Dalam Bahasa Arab, kata “kemerdekaan” dikenal dengan istilah “al-istiqla”. Kemudian kata kemerdekaan dalam KBBI dapat diartikan sebagai bebas, lepas, dapat berdiri sendiri, dan tidak terjajah lagi. Kemerdekaan juga dapat dikaitkan dengan bebasnya seseorang dari keterpurukan jahiliyyah.

Kemerdekaan dalam Islam

Makna kemerdekaan begitu luas dan beragam. Namun, kemerdekaan dalam Islam dapat difokuskan pada dua makna, yakni secara syariah dan kemanusiaan. Kemerdekaan secara syariat merupakan kondisi saat seseorang sadar dan penuh usaha keras memposisikan diri untuk menjadi hamba Allah dengan segala konsekuensi menjalankan syariat-Nya.

Kemerdekaan yang sesungguhnya adalah dia yang mampu melepas belenggu hawa nafsunya, lepas dari mengikuti apa yang selalu diinginkannya, hingga mengecohkan hakikat pandangan, memunculkan keraguan, penyimpanan, hingga berujung pada kemaksiatan. Kebebasan dalam Islam memiliki tanggung jawab penuh berdasarkan pagar syariat bagi orang yang berakal.

Adanya syariat Islam yang harus dijalankan setiap hamba adalah untuk menyelamatkan lima tujuan, di antaranya Hifdz An-Nafs (menjaga jiwa), Hifdz ad-Din (menjaga agama), Hifdz al-‘Aql (menjaga akal pikiran), Hifdz al-Nasl (menjaga keturunan), dan Hifdz al-Mal (menjaga harta). 

Adapun kemerdekaan secara kemanusiaan, bersumber dari pendapat dr. Yusuf Al-Qaradhawi dalam Sistem Masyarakat dalam Al-Qur’an dan Sunnah, kemerdekaan dalam Islam mencakup kemanusiaan pada hal sebagai berikut:

  1. Kebebasan beragama
  2. Kebebasan berpikir
  3. Kebebasan berpolitik
  4. Kebebasan bertempat tinggal
  5. Segala bentuk kebebasan yang hakiki, yakni dalam kebenaran.

Kemerdekaan atau kebebasan beragama dalam Islam secara tidak langsung disebutkan Al-Qur’an, meskipun Islam adalah agama yang benar. Dalam Q.S Al-Baqarah ayat 256, Allah berfirman bahwa “tidak ada paksaan dalam menganut agama Islam..”, untuk lebih lengkapnya, simak ayat berikut.

Dalam Q.S Al-Baqarah ayat 256, Allah Ta’ala berfirman,

لَآ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗوَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

Artinya: “Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”

Sungguh tegas pada ayat berikut bahwa tidak ada paksaan untuk menganut agama Islam. Namun, sudah tersampaikan jelas antara yang haq dan bathil dalam urusan agama. Bagi yang memeluk agama Islam, dia bagaikan memegang tali yang begitu kokoh dan tidak akan putus. Begitulah firman Allah memberikan kebebasan yang hakiki.

Setelah memahami konsep kemerdekaan yang sesungguhnya pada setiap pribadi, maka akan terwujud masyarakat muslim yang senantiasa merdeka karena menghamba pada-Nya. Masyarakat muslim memiliki rasa takut yang tinggi kepada Allah, sehingga saling mengingatkan dalam kebaikan dan ketaatan, kemudian terbangun kontrol sosial yang senantiasa menjaga moralitas tinggi kemanusiaan yang berakal.

Jadi kemerdekaan yang sesungguhnya dalam Islam berkaitan dengan kebebasan yang memiliki batas syariat. Kemerdekaan yang sesungguhnya adalah melepas belenggu hawa nafsu dan kekangan perkembangan zaman yang membawa kebobrokan. Kemerdekaan yang sesungguhnya dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari pada ketaatan kita beragama, berpandangan, berkarakter, dan bermasyarakat.