Forum Zakat: Rumah Besar Gerakan Zakat di Indonesia menjadi salah satu pendiri Aliansi Pembangunan – Kemanusiaan Indonesia (AP-KI), pada 24 Maret 2021, bersama Humanitarian Forum Indonesia (HFI); Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI); Perkumpulan Organisasi Pengelola Zakat (POROZ); Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI), Sekretariat Jaringan-antar-Jaringan OMS-LSM (SEJAJAR) dan Jejaring Mitra Kemanusiaan (JMK). Pada saat pembentukannya, Aliansi ini menaungi 297 organisasi di lingkup nasional, 600 organisasi di lingkup provinsi, dan 155 perorangan.
Aliansi ini didirikan atas dasar keprihatinan terhadap kesenjangan penanganan dan respon terhadap krisis terkait pembangunan berkelanjutan termasuk pandemi, bencana, dan krisis-krisis lain yang berdampak luas dan mendalam terhadap masyarakat terutama komunitas yang rentan dan terpinggirkan.
“Kita perlu untuk secara kolektif menjadi pelaku pembangunan dan respon krisis yang berprinsip kemanusiaan, berkesadaran pengelolaan risiko bencana, dan berpedoman pada wawasan pembangunan berkelanjutan,” kata Ketua Umum Forum Zakat, Bambang Suherman.
Pandemi telah menyebabkan lebih dari separuh LSM Indonesia mengalami krisis pendanaan akibat terhentinya program kerjasama internasional dan keterbatasan pendanaan alternatif.
Maka Aliansi mengedepankan upaya-upaya perubahan struktur kekuatan dan sumber daya pembangunan dan kemanusiaan, termasuk penguatan pengorganisasian OMS/LSM menuju koordinasi berbasis kewilayahan; penggerakan Lumbung Dana; dan pelibatan pada ranah kebijakan dan advokasi.
OMS/LSM telah bekerja di berbagai sektor di tingkat lokal, sub-nasional maupun nasional, dan mempunyai kedekatan dengan masyarakat, khususnya kelompok rentan. Jaringan-jaringan nasional ini mendirikan Aliansi untuk menjadi wahana bagi OMS/LSM untuk secara kolektif bersuara, bekerja, berperan aktif sebagai salah satu pilar demokrasi, berkontribusi menuju kesejahteraan sosial yang berkeadilan, bekerja sama dan saling mendukung serta bertindak sebagai pelaku kemanusiaan dan pembangunan yang berkesadaran pengelolaan risiko bencana dalam kerangka pembangunan berkelanjutan.
Arah Gerak dan Positioning AP-KI
AP-KI menempatkan diri sebagai enabler (pemungkin), pendamping dan mitra dalam memajukan kesetiakawanan masyarakat sebagai subyek; mitra strategis terhadap pemerintah; saling mendukung terhadap sesama OMS/LSM; dan menjadi perwakilan sektor OMS/LSM pembangunan-kemanusiaan- dalam pergaulannya dengan pelaku-pelaku internasional dan donor baik pada tataran nasional, regional maupun global.
Grand Bargain 2.0 yang dicetuskan pada Juni 2021 lalu memberikan perkembangan baru bagi arah Sistem Kemanusiaan Global. Pada kerangka Grand Bargain 2.0, efisiensi dan efektifitas sistem kemanusiaan dibawa semakin dalam ke arah akuntabilitas kepada masyarakat terdampak, pendanaan yang berkualitas, dan kepemimpinan lokal dengan sistem kemitraan yang mutual. Bagi Indonesia, Grand Bargain 2.0 dapat menjadi ancaman untuk sistem kemanusiaan, karena seperti yang kita rasakan saat ini bahwa pelaku kemanusiaan internasional secara perlahan tapi pasti menghilang dari lapangan, baik secara fisik maupun program.
Namun, jika dipandang dari sisi positifnya, Grand Bargain 2.0 justru dapat menjadi sebuah peluang bagi para actor kemanusiaan, termasuk OMS/LSM, untuk menjadi lebih mandiri dan melakukan konsolidasi sistem kemanusiaan di Indonesia.
Menyikapi kondisi tersebut, AP-KI membentuk Kelompok Kerja (Pokja) untuk mengembangkan Kerangka Kerja Kemanusiaan Indonesia, Pembentukan National Reference Group, Pengembangan Lumbung Dana Kemanusiaan di Indonesia, dan Advokasi Gerakan Vaksin untuk Masyarakat, terutama kelompok rentan dan terpinggirkan. Di samping itu, AP-KI juga menaruh akuntabilitas dan peningkatan kapasitas sebagai agenda penting dalam reformasi sistem kemanusiaan di Indonesia pasca Grand Bargain 2.0.
Forum Zakat dan Kelompok Kerja Lumbung Dana AP-KI
Dalam rangka mengembangkan pendanaan kemanusiaan yang berkualitas, Forum Zakat bersama HFI – dalam hal ini Human Initiative, Filantropi Indonesia, dan POROZ diamanatkan untuk mengawal Pokja Lumbung Dana.
Melalui Pokja Lumbung Dana, AP-KI berupaya memastikan agar OMS/LSM di level subnasional dapat terpenuhi pendanaannya dengan cara berbagi informasi, peningkatan kapasitas dan keterampilan (pengumpulan dan pengelolaan dana), serta secara periodik, Pokja Lumbung Dana menyelenggarakan penguatan kapasitas bagi aktor lokal di seluruh Indonesia.
Banyaknya potensi pendanaan yang dapat dimanfaatkan di Indonesia untuk bantuan kemanusiaan, maka menjadi penting bagi sesama OMS/LSM dan Lembaga-lembaga kemanusiaan lainnya untuk memiliki kesadaran “tanggung renteng” dan memiliki kemauan untuk melakukan kolaborasi, sehingga lumbung dana ini menjadi upaya untuk menguatkan satu sama lain, melalui berbagai upaya yang sifatnya emergency atau jangka pendek, maupun jangka panjang guna membangun keberdayaan di level komunitas maupun organisasi/Lembaga itu sendiri.
Melalui keterlibatan di Pokja Lumbung Dana, Forum Zakat dan jejaring lainnya terlibat di berbagai forum Internasional, antara lain untuk pengembangan panduan pendanaan bantuan kemanusiaan, berbagi pengetahuan tentang alternative financing, serta menjadi respresentasi aktor filantropi, khususnya filantropi Islam Indonesia, dsb. (*)