Serunya Nyate Bareng Wali Asuh dan Santri di Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an Takhassus Cinagara

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp

Forumzakat – Masih dalam nuansa Idul Adha 1441 H, hari tasyrik kedua yang jatuh pada Ahad (2/8/2020), banyak dimanfaatkan masyarakat untuk berkumpul dan bersantap menu daging qurban bersama keluarga. Sebab, daging qurban yang telah disembelih dua hari lalu kini telah diracik dan dijadikan sate, gulai dan lain sebagainya.

Moment ini pun tak disia-siakan oleh para donatur dari Bogor, Jawa Barat, untuk berkumpul dengan anak-anak asuhnya lewat acara Nyate Bareng Donatur Wali Asuh Santri Penghafal Al-Qur’an. Seusai bersua bersama keluarga di rumah, sebanyak 27 wali asuh pun berkunjung ke Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an Takhassus Cinagara, Jawa Barat, untuk bertemu dengan lebih dari 60 santri penghafal Qur’an di sana.

Acara tersebut ditukangi oleh PPPA Daarul Qur’an Bogor. Mengingat, para donatur wali asuh yang hadir merupakan jamaah muslimah Daarul Qur’an. Mereka adalah para jamaah yang kerap mengikuti kajian bersama PPPA Daarul Qur’an Bogor dan senantiasa mendukung berbagai program PPPA Daarul Qur’an.

Meski mengundang banyak orang, akan tetapi acara ini tetap menerapkan protokol kesehatan Covid-19. Di antaranya adalah memakai masker, menjaga jarak dan senantiasa menjaga kebersihan. Tak hanya para donatur, santri-santri pun menerapkan hal tersebut.

“InsyaAllah, acara kita tetap memakai protokol kesehatan Covid-19, jadi jaga jarak dan jangan lupa pakai masker,” kata Kepala Cabang PPPA Daarul Qur’an Bogor, Muhammad Thoriq.

Thoriq mengungkapkan bahwa para santri saat ini dalam kondisi sehat dan terbebas dari paparan Covid-19. Sebab, sebelum masuk ke pesantren mereka terlebih dahulu memeriksakan kondisi kesehatannya, bahkan para santri telah mengantongi surat bebas Covid-19 lewat hasil rapid test.

 

 

Tujuan diselenggarakannya acara tersebut, menurut Thoriq, adalah sebagai ajang bertemunya para donatur wali asuh dan santri-santri Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an Cinagara, agar terjalin kedekatan antara orang tua dan anak asuhnya. Selain itu, juga menjadi penyemangat para santri baru yang masih dalam masa orientasi santri agar semakin semangat menghafal Al-Qur’an.

Untuk melengkapi acara, PPPA Daarul Qur’an Bogor mengundang da’i kondang yang wajahnya kerap mengisi layar kaca, yakni Ustadz Hilman Fauzi. Lelaki yang sempat mengisi acara Khazanah di stasiun televisi swasta nasional itu memang sering mengisi kajian Muslimah Daarul Qur’an. Ialah kajian yang rutin digelar oleh PPPA Daarul Qur’an Bogor di Masjid Alumni IPB setiap pekannya.

Ustadz Hilman dalam tausiyahnya menyampaikan bahwa, Imam Syafii yang merupakan murid dari Imam Malik, memiliki kebiasaan membaca dua kalimat kesukaannya. Ia mengungkapkan, dua kalimat tersebut adalah alhamdulillah dan astaghfirullah.

“Imam Syafii sering sekali mengucapkan dua kalimat, yaitu alhamdulillah dan astaghfirullah. Suatu ketika, ada yang bertanya, mengapa sering sekali mengucapkan kalimat tersebut, kemudian Imam Syafii menjawab aku tidak tahu, dari sekian banyak nikmat yang aku dapatkan, nikmat mana yang belum aku syukuri dan aku tidak tahu dari sekian banyak amal yang telah aku lakukan, amal mana yang tidak diterima oleh Allah,” tutur Ustadz Hilman.

Kemudian, selaras dengan santri-santri yang mengelilinginya pada acara tersebut, ia pun menyinggung perihal keutamaan penghafal Qur’an. Menurutnya, para penghafal Qur’an sangat mulia karena dapat memberikan syafaat kepada orang lain, terutama saja orang tua. Maka berbahagialah bagi orang tua yang memiliki anak penghafal Qur’an, di dunia senang, di akhirat pun menang.

“Kalau belum bisa ngafal, ya cukup jadi orang yang mendukung, mencintai  para penghafal Qur’an, caranya dengan sedekah untuk para santri penghafal Qur’an,” pungkasnya.

Acara pun ditutup dengan makan bersama sate dan sop kambing yang telah dimasak oleh para santri. Selain cakap dalam hafalan Al-Qur’an, santri-santri juga pandai memasak. Sebab, hidangan yang mereka sajikan langsung habis tak lama setelah disuguhkan kepada para tamu undangan.

Hal tersebut membuktikan bahwa masakan dari tangan para santri tak kalah nikmat jika dibandingkan dengan makanan yang sering ditemukan di rumah makan dan lain sebagainya. Selain itu, ada sisi lain dari santri di luar kebiasaannya sebagai penghafal Qur’an. (*)